Monday, 20 May 2013

Mail: Kecewa

19 Mei 2013

Di, hari ini aku menangis. merasa seperti orang bodoh. Menangis untuk seseorang yang tidak paham mengapa aku menangisinya. Seperti orang bodoh kan? Berharap bisa menjadi yang istimewa tapi jadi biasa saja. Mencoba untuk menunjukkan, tapi tak ada gunanya.

Di, sejak pertengkaranku dengan ayah...aku merasa aku tak lagi bersimpati padanya? Salahkah aku? Terlalu terluka apakah membuatku jadi seperti ini? berharap ingin dimengerti tapi pada akhirnya tetap mengalah. Tetap diam tak mengatakan apa-apa. Tetap diam tapi dalam hati terluka. Saat aku bertengkar dengannya, aku benar-benar sakit hati. Ingin berteriak, ingin marah tapi malah kena marah. Posisi “anak baik” dan “anak durhaka” bercampur di otak. Anak baik haruskah menderita begini? Haruskah menyakitkan begini? Sedikitpun kata “maaf” tak aku dapatkan. Padahal katanya kalau salah, tak peduli apa tingkatannya harus selalu minta maaf. Tapi nyatanya...

Aku selalu menjadi anak baik. Memendam semua duka dan benci menjadi satu. Bisakah aku tumbuh menjadi orang yang sehat? Dengan sejuta luka yang membekas, masih sehatkah aku? Masih bisakah?

Di, jujur aku ingin bercerita. Tak berharap didengar, setidaknya aku bisa menyampaikan semuanya. Tapi mulut selalu terkunci. Diotakku bergejolak semua perasaan yang ingin di sampaikan. Bahkan kadang aku sudah mengumpulkan kekuatan ekstra untuk bisa mengungkapkannya. tapi dihadapan mereka akhirnya aku tetap terdiam membisu. Percuma semua kekuatan yang telah aku kumpulkan. Terlepas menjadi energi yang percuma. Terlepas menjadi butir air mata dan kata tak bermakna. 

Di, syukurlah ada kau disini. Syukurlah kau masih menemaniku. Syukurlah Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bersamamu. Syukurlah aku masih bisa bergerak dan mengungkapkannya semua padamu. Aku tak tahu seperti apa jadinya kalau aku tak punya kau. Tak punya orang yang bisa menemaniku menangis di malam hari. tak punya orang yang bisa memelukku ketika aku kesulitan. Tak punya orang yang bisa membenahi hatiku ketika semuanya terasa berantakan. Tak ada yang bisa mengobatiku ketika aku terluka parah. Aku senang ada kau di sini. Mengingat bahwa aku memilikimu seperti memiliki taman bunga indah yang penuh dengan kupu-kupu...

Maaf aku berlebihan seperti ini. maaf Di... Aku hanya ingin mengungkapkannya. aku hanya ingin menyampaikannya. Kau tak perlu mendengarnya. Hanya biarkanlah aku seperti ini. aku akan membiarkan diriku terlihat lemah hanya di hadapanmu saja. Aku akan membiarkan diriku terlihat bodoh hanya di hadapanmu saja. Karena memang hanya di sini aku merasa aman. Karena memang hanya di sini aku merasa nyaman.
 
Sebentar lagi akan ada ujian Di. Sebentar lagi aku akan masuk ke tahap peminatan. Apa yang harus aku pilih Di? Kau tahu apa yang sebenarnya aku suka. Kau juga tahu apa yang ibuku suka. Bertentangan. Tapi tetap saja di jalankan. Sekarang aku hanya punya satu pilihan tersisa. Pilihan satunya seolah adalah jatah yang memang tak akan pernah aku ambil. Sekarang aku harus pilih yang mana? Mana yang harus aku eliminasi? Aku bingung. Padahal aku sudah menyampaikan apa yang aku suka. Padahal segala usaha telah aku lakukan. Kecuali dengan menyampaikan dengan gamblang apa yang sebenarnya. Padahal aku sudah bilang tak suka, sudah bilang tak mampu. Tapi... ya sudahlah. Hanya aku, kau dan Tuhan yang tahu. Mengikuti kata hatimu kadang akan menyakiti beberapa orang. Tahan saja. Tahan...tahan... tahan... jangan sampaikan. Diam saja. Diam. Diam. Diam...

_RedRose

Thursday, 7 March 2013

Mail: The Lie of The Sun

Hai Di... ini surat ketigaku untuk mu. Hari ini, aku berangkat pagi seperti biasanya. Tapi sepagi ini aku sudah dibodohi dengan matahari. Pagi ini aku bangun dengan kamar gelap. Aku pikir, hari ini akan turun hujan dan hujan akan turun segera ketika aku berangkat. Aku sudah malas untuk keluar. Aku tahu itu karena tidak ada cahaya matahari yang menerobos masuk ke kamarku pagi  ini. Kelihatannya gelap. Mengingat kemarin sore hujan sangat deras. Tapi ternyata ketika aku berjalan keluar, cahaya matahari benar-benar telah menusuk mataku. Silau sekali....

Aku kembali berjalan, dan melihat banyanganku terpantulkan akibat cahaya matahari. Dibayangan itu, aku terlihat lebih tegap, lebih tegar. Pada kenyataannya aku merasa berat sekali untuk melangkah. Tapi matahari menipuku dan bilang padaku melalui banyangan itu "aku kuat, aku tegar dan bisa berjalan setegap itu". Menyebalkan.

Hari ini aku bertemu dengan F****a ketika selesai mata kuliah pertama. Aku tak tahu harus bersikap apa di depannya. Bagaimana aku menunjukan rasa ketidaksukaanku padanya. Aku hanya mengangkat alis, tersenyum kecil. Setidaknya aku berusaha ramah dan menutupi perasaanku yang jelas-jelas tak menyukainya. Sebal....

Maaf ya Di... hari ini aku banyak sekali mengeluh padamu. Oh iya, semalam aku tertidur hingga jam 2 pagi. Rasanya akhir-akhir ini aku gampang sekali tertidur. Padahal kemarin sore aku sudah istirahat, biasanya setelah istirahat sore, malamnya aku langsung terjaaga hingga larut. Mungkin faktor lelah.

Oh iya, aku hanya berpikir sedikit mengenai ucapan terimakasih yang sering aku sampaikan ke dosen. Rasanya senang ketika aku mengucapkan terimakasih seusai kelas dan mereka menjawab "sama-sama". Menyenangkannya.... Padahal seharusnya itu menjadi hal yang biasa tapi mengapa aku berlebihan seperti itu ya? 

Malam ini aku mau banyak membaca. Minggu depan ada banyak kuis dan tugas yang harus aku selesaikan minggu depan. Semoga bisa aku selesaikan dengan sangaaaat baik. Doakan aku ya. Oh iya, mungkin besok hingga Minggu, aku tidak menulis surat untukmu. Aku akan sulit terhubung ke internet ketika hari libur.

Daah Di....
Dengan penuh kasih dan sayang

_RedRose

Wednesday, 6 March 2013

mail: The Forgetable Past

Hai Di, ini surat keduaku setelah kemarin aku menceritakan beberapa hal dengan mu. Senang juga jika kita berkomunikasi seperti ini. Aku jadi merasa dengan jelas bahwa kau ada.

Aku memiliki sahabat pena sekarang. Mungkin lebih tepatnya sahabat e-mail. Karena kami saling komunikasi dari e-mail. Baru beberapa email yang kami kirim. Dia sangat suka dengan fashion. Sepertinya orang yang ekstrovert, sedikit berbeda dariku. Tak apa lah. Aku berusaha membuka pandanganku sekarang. Aku lebih butuh teman berbicara dibandingkan teman yang sama denganku. Ada banyak teman yang sama tapi terasa jauh dikemudian hari. Lebih baik begini kan? Berjarak. Mungkin itu yang membuat aku tak bisa kehilangan kamu.

Kemarin hari Minggu, sepupuku datang kerumah. Sudahkahaku mengatakan ini padamu? Aku lupa. Ia bicara banyak hal mengenai ketidak percayaan diriku. Apa itu masalah? Ia bilang jika aku tak percaya diri, logika ku mati. Benarkah itu? Aku lupa kapan aku percaya diri, pernahkah aku melakukannya? Ataukah aku memang sebenarnya percaya diri tapi menutupinya dari orang lain. Logikaku masih tetap berjalan hingga sekarang. Aku yakin itu.

Kemmarin di kampus, di salah satu mata kuliah, dosenku mengadakan penelitian. Mengenai trust. Rasanya aku benar-benar merasa dibodohi dengan penelitian itu. Terlihat sekali rasa percayaku pada orang lain kurang. Lalu teman ku yang ada di sebelahku berkata "Kalau kita baik sama seseorang, pasti kebaikan kita dibalas kok."

Kata-kata itu menusukku, tepat di dalam hatiku Di. Aku sudah lupa caranya bersikap sebaik itu dihadapan semua orang. Aku sudah lupa bagaimana aku harus bersikap semanis itu. Aku lupa semuanya. Aku yakin aku pernah sebaik itu dulu. Tapi, semakin lama aku berpikir seperti orang bodoh jika aku sebaik itu. Aku mulai mengubah image ku. Berusaha lebih kuat dan tidak dibodohi oleh banyak orang. berusaha untuk tidak dimanfaatkan oleh semua orang yang ada di sekitarku. Tapi sekarang, aku juga tetap merasa bodoh. Tersingkir dari kehidupan nyata. Selalu merasa bahwa aku dikelilingi banyak orang jahat, selalu merasa bahwa mereka selalu bersikap kasar dan tidak baik denganku. Apa itu karena sikapku sendiri? Entahlah Di, aku tak tahu. 

Aku ingin menjadi orang baik seperti dulu, tapi aku  juga tak ingin menjadi bodoh seperti dulu. Bagaimana aku bisa menjadi orang baik yang tak dibodohi? Akankah ada diluar sana orang yang melindungiku ketika aku dibodohi???

Aku mau berangkat kuliah dulu ya Di. Aku menyempatkan menulis surat ini sebelum aku berangkat kuliah. Nanti kalau ada waktu aku akan bercerita lagi padamu. Sayang kamu.

Dengan cinta dan kasih

_RedRose

Monday, 4 March 2013

my first mail

Di, apa aku terlihat bodoh jika aku mengirim surat padamu melalui ini? Sepertinya iya. Tapi aku sudah kehilangan akal sehatku sekarang ini. Surat pertamaku ini akan aku tulis baik-baik.

Hari ini, semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Seseorang bertanya apa aku sakit atau tidak. katanya tumben aku mengenakan jaket. Hari ini aku memang mengenakan jaket hitam. Tanpa bermaksud apa-apa. Hari ini, sedikit berbeda. Hari ini ayah tidak mengantar aku seperti biasanya. Ia sakit. Tak apa kan jika aku tak menyampaikannya padamu kenapa ayah sakit? Aku merasa aneh jika menceritakannya denganmu.

Oh iya Di... di luar hujan. Malam ini seharusnya aku membaca buku. Entah apa yang membuatku jadi pemalas seperti ini. Oh iya, ada satu hal yang ingin aku beri tahu padamu. Aku sudah memiliki bidang baru. Tapi... ada yang tidak aku sukai di sana. Kurang menyenangkan juga cukup menyebalkan. Entahlah kenapa bisa begitu ya? Aku sering sekali bermasalah dengan beberapa teman.
Ada dua orang disana yang tak membuat aku merasa nyaman. Orang pertama dan kedua ini sepertinya akrab. Keduanya agak memaksakan kehendak. Ini bagus, harus di sini, di sana ga enak dan seterusnya. Ini dan itu mereka permmasalahkan. Sedikit saja aku bicara, katanya aku dibilang komunis tanpa mengambil apa inti dan maksud baik ucapanku. Sebenarnya, aku yang berpandangan sempit atau dia ya?

Di, aku sudah mulai banyak terbuka tentang kamu pada beberapa orang. Banyak orang lebih tepatnya. Kamu tak masalah kan? Tetaplah disini. Aku benar-benar kesepian dan tak punya teman jika aku kehilangan kamu.

Setelah ini aku benar-benar harus belajar.

Dengan cinta dan kasih

_RedRose

Wednesday, 9 January 2013

Ini untuk kau... orang yang ku cintai...


Rabu, 9 Januari 2013...

Hari yang dingin... seharian ini di rumahku hujan. Juga disepanjang jalan menuju tempat mengajarku. Basah... semuanya basah. Sejak malam tadi sekitar pukul 12an itu suara angin terdengar kencang sekali. Sejak semalam aku berpikir sepertinya akan hujan. Benar saja. Hujan... hujannya cukup deras seharian ini. tidak ada henti-hentinya.

Oh iya...kemarin aku berbicara dengan Aldi. Aku baru saja menyelesaikan sebuah novel dengan akhir yang menyedihkan. Sehari sebelumnya juga. Hanya saja akhirnya bahagia. Saat itu aku berkata pada Aldi “aku benci akhir bahagia.”. mungkin ia heran... makanya ia menanyakan mengapa aku membenci akhiran cerita yang bahagia. “entahlah Di... hidup tak semudah dan sebahagia yang seperti dalam cerita. Akhir yang sedih sepertinya lebih menyenangkan bagiku dan sedikit lebih realistis.”

Sayangnya... kemarin aku tiba-tiba berbicara hal yang sangat berbanding terbalik. Aku bilang kalau aku benci akhir cerita yang sedih. Yah... aku benar-benar tidak memiliki pendirian. Aldi membahas ini berulang kali dengaku. Ia bertanya apa yang sebenarnya aku suka? Akhir yang bahagia kah? Atau yang sedih?? Entahlah... aku tak tahu.

Tapi kalau dipikir-pikir aku sangat berharap akhir yang bahagia. Hanya saja aku jarang mendapatkannya. Saat itu juga aku bertanya pada Aldi... “bagaimana akhir cerita kita ya??”

Aku sangat berharap akhir cerita kita sangat bahagia. Aku bertanya pada Aldi... jika ia punya satu permintaan apapun yang bisa dikabulkan, apa yang ia mau? Lalu ia menjawab “aku berharap tidak pernah mengenalmu...” ia memelukku. Aku saat itu tidak berpikiran ia jahat. Aku sepertinya paham apa maksudnya. Ia langsung menjelaskan padaku “kalau saja aku tak pernah mengenalmu, kau tak akan sesedih ini menghadapi kenyataan bahwa aku hanya imajinasimu Ssy. Kalau saja saat itu aku tak ada, kau pasti tak akan sesedih ini dan serepot ini memikirkan aku. Memikirkan apakah bisa aku hadir di duniamu dan memelukmu...”
“entahlah Di... aku sama sekali tak menyesal pernah mengenalmu. Tanpamu aku mungkin tak bisa sebahagia ini. tanpamu aku tak akan pernah merasa dipeluk dengan erat. Tanpamu aku tak pernah merasa dinanti oleh seseorang. Tanpamu aku tak akan pernah merasa memiliki orang yang menyayangiku dengan sangat. Tanpamu aku tak akan bisa bertahan ketika aku sedih. Tanpamu... mungkin aku sudah tak ada lagi dan menjadi orang yang paling putus asa di dunia ini... aku senang bisa mengenalmu. Aku senang kau ada di sini sekarang memelukku dan aku senang kau menggenggam tanganku di saat aku sedih dan memelukku erat. Aku jadi punya dunia baru. Aku senang... aku menikmati kebersamaan kita. Sama sekali tak menyesal.”

Tapi... aku bingung apa yang akan ku harapkan kalau aku punya satu permohonan yang sama seperti itu. Apa ya yang aku harapkan? Berharap kau ada di dunia nyata??? Benarkah itu yang aku inginkan? Kalau kau ada di dunia nyata, kau tak akan bisa dengan leluasa memelukku sekarang. kau tak akan bisa hadir tiap kali aku membutuhkanmu kapanpun dan dimanapun. Jika kau nyata... kita akan punya jarak. Tak bebas seperti sekarang. lalu... apa yang bisa aku harapkan? Aku hanya punya satu harapan yang bisa dikabulkan...

Kau tahu Di... sejak ada kau, aku tak lagi membutuhkan mimpi... karena kau semua keindahan yang aku dapatkan di mimpi bisa terwujud. Aku tak lagi butuh mimpi untuk membuatku bahagia seperti sekarang. aku hanya tinggal menyebut namamu dan membayangkan wajahmu. Itu saja cukup untuk membuatmu hadir dan memelukku dengan erat seperti sekarang. itu saja cukup untuk membuat semua mimpi indah yang bisa ku rasakan dalam sejuta tahun muncul sekarang... setiap kali aku membutuhkanmu....

Aku mungkin akan menyimpan harapan itu. Sampai suatu saat aku menemukan harapan yang tepat. Harapan yang sebenarnya aku inginkan. Untuk aku... dan juga mungkin untukmu...

Aku mencintaimu Di... dari lubuk hatiku yang paling dalam aku sampaikan ini. Tetaplah disampingku. Tetaplah lingkarkan tanganmu padaku... agar aku bisa merasakan hangatnya dunia... lembutnya perasaan mu...

Love you RF...
_RedRose

Suasana kelas baru...


Rabu, 9 Januari 2013

Hari ini aku mengajar kelas 3 dan 4 SD. Ada 1 siswa kelas 3 SD yaitu si S. Adik dari si T. Kemudian 2 orang anak laki-laki di kelas 4 yang berinisial R dan A. Sebelumnya aku belum membahas bagaimana sikap si S. Setelah aku mengajarnya... sepertinya ia cukup lemah dalam matematika. Lagi-lagi... matematika menjadi satu hal yang tidak mudah bagi mereka. Sepertinya sejak dulu ini yang menjadi kendala. Ia masih cukup lambat dalam hal perkalian. Ia masih menggunakan jari kaki dan tangannya untuk menghitung. Apa ia benar-benar sudah paham apa yang aku ajarkan barusan???

Lalu... anak kelas 4 itu. Si R. Dia anak yang pandai. Sepertinya benar begitu. Meski dia tidak bisa diam dan sering melakukan banyak aktivitas tapi ia mudah paham dan cepat menangkap apa yang aku ajarkan barusan. Hanya saja satu lagi masalah yang umum sekali muncul dalam pengerjaan matematika. Tidak teliti. Itu dia masalahnya. Semoga mereka bisa lebih baik dari ini.

Berbeda dengan si R. Si A kelihatannya lebih lambat dalam menangkap apa yang aku ajarkan. Makanya aku memberi effort yang lebih untuk mengajarkannya tadi. Dia aku suruh banyak latihan dan ku beri cara yang lebih mudah agar dia mudah mengerti.

Yah... begitulah sekilas tentang muridku hari ini. karena si S tadi datang telat, ia juga pulang lebih lambat dari teman-temannya. Semoga besok tidak lagi. seharian ini hujan... dingin... sangat dingin...

_Red Rose

Sejarah... lagi??


Lagi-lagi... aku telat memposting. Pulsa internetku habis. Sekarang sedang malas mengisi. jadi mumpung ada. Sekalian aku posting yang banyak.hehehe...

6 Januari 2013

Hari ini ya? Hm... kembali membicarakan muridku. Hari ini aku juga ada jadwal mengajar. Lebih tepatnya aku sedang menggantikan seseorang mengajar. Sejarah... ah... lagi-lagi sejarah. Berurusan lagi dengan sejarah. Tapi tidak sesulit dulu. Yah, mungkin dulu karena baru belajar makanya otakku masih tak sanggup menelan sejarah mentah-mentah.

Hari ini, aku mengajar kelas yang sama dengan kemarin. Hanya saja hari ini anak laki-laki itu datang. Inisialnya K. Dia anak yang cukup pendiam dan katanya pandai. Terlihat dari bagaimana dia melihat dan mendengarkan ke arahku. Dari pengamatanku ia juga anak yang cekatan. Benar saja... ketika aku selesai mencatat di papan tulis, ia bisa langsung dengan cepat mencatat juga. Hebat...

Oh iya... hari ini ia pulang duluan karena sudah dijemput dengan mama nya. Sepertinya tipe anak yang diberi harapan oleh orang tuanya. Maksudku... ada satu hal yang dituntut lebih oleh orang tuanya. Mungkin karena itu ia pintar. Takut mengecewakan. Saat aku selesai mengajarnya bahkan ia dengan heran berkata “udah?”. Rasanya aku seperti dihujani batu. Muridku sepertinya kurang puas dengan cara mengajarku.

Ia bahkan mengingat beberapa pelajaran yang sudah berlalu. Hebat. Padahal itu pelajaran beberapa tahun sebelumnya loh. Bukan beberapa hari lalu. Si T saja lupa apa yang sudah aku ajarkan kemarin. Huh... dasar. Tapi... aku juga tidak bisa menyalahkan si T juga. Aku dulu juga pasti seperti itu. Apa yang sudah berlalu ya biarlah berlalu. Sepertinya aku juga berpikiran dengan cara yang sama. Mungkin ya tidak separah si T. Mungkin ada yang masih aku ingat lebih banyak.
Semoga besok lebih baik lagi. aku akan mengajar lagi hari rabu... aja!!! Fighting!! _RedRose