Tuesday 16 October 2012

Lelah Sepulang Kuliah


Hai. Hari ini... sama seperti kemarin. Melelahkan. Hari ini baru selesai kuliah jam 5, lebih lambat dari hari biasanya. Hari ini juga tidak ada yang spesial. Hanya ada aku dan segudang kelelahan yang membuat otak makin buntu buat mikir dan melakukan apapun. Oh iya, MEK hari ini potong rambut. Potongan rambutnya sangat tidak cocok dengannya. Mukanya tambah chubby. Aku tidak suka. Eh... tapi peduli apa aku. Suka ga suka itu tidak akan berpengaruh apa-apa kan?

Oh iya, aku sampai lupa, kemarin aku bertemu MAR loh. Apa aku sudah cerita? Intinya dia sudah lulus. Pertemuan dengannya kemarin itu sangat langka. Dia... juga memotong rambutnya. Terlihat lebih rapi dan manis. Mengingatkanku pada RF.
Selama aku mengetik postingan ini, aku sedang menunggu upload tugas. Lamaaaaa sekali. Padahal tarif modemnya naik. Maksudnya, tarif yang unlimited harian reguler sudah tidak ada. Adanya yang premium. Ideal nya, kecepatannya nambah dong. Secara harga juga lebih mahal. Pakai kata “premium” lagi. eh... sama aja. Malah kadang aku pikir lebih cepat yang reguler. Menunggu upload file 17.271 kb saja lamanya minta ampun. Gagal 3 kali lagi. menyebalkan.

Dan setelah aku menuliskan kata menyebalkan attachmentnya selesai. Hahaha... bagus lah kalau modem ini sadar diri. Oh iya... aku ingin memposting tentang drama korea lagi. Pasta dan Thankyou. Kedua drama itu bagus ternyata. Tapi, mungkin tidak sekarang. after exam maybe.

Sehabis semua attachment tugas selesai dan tulisan ini di posting, aku mau tidur sejenak. Lelah sekali. Kaki ini rasanya seperti mau di pisahkan dari badanku. Seperti teriak minta di pijat. Siapa yang mau pijat kaki saya? sendiri begini.
Ngomong-ngomong, aku agak iri sama persahabatan pria. Mereka nampak lebih akrab dan menyenangkan ketika bersahabat ketimbang wanita. Maaf ya agak random. Aku yakin postinganku akhir-akhir ini akan serandom ini. bahkan bisa saja lebih parah dari ini. hahaha....

 sampai jumpa lagi. :)


_RedRose

Monday 15 October 2012

Rambut rontok

Ah.... rambutku rontok banyak sekali selama aku menulis blog ini. Jangan-jangan karena terlalu lama menahan ngantuk, aku ajdi begini. tidak mau.... Jangan biarkan aku botak.

Bicara masalah botak, aku jadi kangen Kurosaki, manga di komik Electric Daisy. hehehe....


_RedRose

Setelah sekian lama tak berjumpa

hai...
Menyebalkan ya? mengingat aku sudah tidak lama mengunjunngi blog ini dan tidak memposting apapun. Padahal sebenarnya gak ada yang kangen juga sih sama aku. Lama ga berjumpa, banyak sekali rasanya yang ingin aku sampaikan. Tapi aku ga tau harus mulai dari mana. Makanya aku memutuskan untuk memulainya dari awal lagi. Minggu depan aku akan Ujian Tengah Semester. Mata kuliah kali ini aku sedikit santai. Maksudku, bukan mata kuliahnya, tapi aku yang sedikit santai. Aku jadi merasa bersalah kalau aku santai seperti ini. Bagaimana dengan IP ku nanti. Aku tak mau terjun bebas.

Aku sampai lupa, sepertinya minggu depan aku akan jarang lagi memposting di sini. Tidak ada waktu untuk melakukan pelarian seperti ini. Kau tahu, sekarang ini bahkan aku sedang dalam taraf ngantuk parah. Rasanya mataku hanya tinggal 2 watt dan sebentar lagi pastu redup. Hari ini lelah sekali.


Lelah? iya lah lelah. Hari ini ada 3 acara dari 3 bidang berbeda di organisasi kampus yang harus aku lewati. Acara pertama POS, aku tidak mau menulis kepanjangannya di sini. Sangat menyebalkan kalau sampai ada orang yang tahu ini adalah blog ku. Bisa-bisa mereka tahu semua rahasia dan kekesalanku. -____-. Acara lainnya itu seminar dan briefing. Kakiku rasanya remuk. Aku berjalan dengan cepat sekali menuju kostan ku. Masalahnya, jalan menuju kostanku sekarang lampu jalnnya mati. Kampusku itu seperti hutan, jadi kalau tidak ada cahaya lampu yaaaa... guelaaaaap bangeeeeet.
Bahaya deh buat wanita kalau jalan sendiri. Nah... itu sebabnya saya jalan dengan cepat. Soalnya di depanku ada 2 orang wanita yang sedang berjalan juga. Karena jarak mereka jauh denganku, aku harus menguras tenaga untuk berjalan dengan cepat. kalau ga berjalan dengan cepat, aku bisa tertinggal. Lari? itu tindakan bodoh. nanti aku malu sendiri, ketahuan takutnya dong.

O iya, aku sedang dekkat dengan seorang pria. Dekat ini bukan dalam tanda kutip. Makdudku tidak ada yang spesial, hanya satu kelompok saja dan kebetulan gara-gara satu kelompok aku jadi akrab dengan dia. MEK, itu namanya. tepatnya inisial nama. Sama gilanya dengan lari kalau aku menulis nama lengkapnya.

Oh iya... ada lagi. Blog ini tampilannya mulai beda, aku mulai bingung dan aku pikir aku mulai merasa kalau aku sangat gaptek. Ada lagi yang kupikirkan mengenai format baru blog ini, postinganku tidak akan di posting dimana-mana kan? Maksudku ditempat yang bisa dilihat temanku. Oh tidak... Kalau sampai mereka melihat. hancur sudah... disini semua berisi rahasia ku. 

Besok, kalau aku sempat akan ku posting sesuatu lagi meski singkat akan aku usahakan merangkum kehidupanku untuk hari esok. Mohon bantuannya. ^_^

_RedRose

Wednesday 14 March 2012

One Fine Day

hai...

maaf ya aku sudah lama mengabaikan blog ini. Maaf sekali. Selama aku mengabaikan blog ini, ada banyak kejadian. mungkin terakhior kali postinganku (yang baru aku posting sekarang) itu pada tanggal 21 Januari. Hari-hari setelah itu tidak seindah yang dibayangkan. Selesai ibu operasi bukan berarti selesai sudah semua kegelisahanku. Beberapa hari kemudian, aku lupa tepatnya tanggal berapa, mungkin sekitar 27 Januari. Yang aku ingat hari itu adalah hari jumat. Malamnya aku sakit, sepertinya mag ku kambuh.

Aku dilarikan ke rumah sakit malam itu. Pada hari jumat itu aku di USG oleh dokter. Pikirku USG hanya untuk orang hamil. Ternyata waktu diperiksa dokter bilang ada 3 batu dalam ginjal aku. Tahu apa yang ada di pikiranku saat itu? Ga ada! Pikiran aku kosong dengan seketika. Aku ga tau kenapa. Aku bingung. Jujur aja aku benar-benar bingung. Bagaimana tidak, ibu langsung merespon terhadap omongan dokter. Ibumenyindir aku yang jarang minum air putih padahal sudah se3ring kali di peringatkan. Tadinya aku tak mau percaya perkataan dokter. Mungkin ada kesalahan. Namun kepercayaanku menjadi muncul ketika ia bilang aku pasti merasa sering sakit pada pinggang. Aku menjawab iya. Karena memang aku sering merasa sakit di pinggang. Tapi... seketika itu juga aku tersuesti bahwa pinggang yang sering sakit adalah bagian kiri.

Waktu dokter bilang aku ga boleh makan macam-macam termasuk cokelat. Oh Tuhan... baru saja aku mendapat oleh-oleh cokelat mon ggo yang sepertinya enak itu karena aku belum mencicipinya. Baru setelah pulang aku menangis. Kenapa? Mungkin memang aneh. Aku juga ga tahu kenapa aku menangis belakangan. Apa responku sebegitu telatnya kah hingga aku baru menagis setelah pulang. Tapi aku kira aku menangis setelah di rumah karena aku sudah bisa berpikir. Ya... berpikir bahwa bebanku begitu berat. Sangat berat. Belum selesai masalah ibu, aku menyusul dengan masalah baru yang kian parah. Pikirku apa salah ku hingga begitu besar cobaan ini terjadi padaku. Sebegitu sayangnya kah Allah padaku hingga semua masalah berat datang bertubi-tubi dan semuanya itu datang dengan cepat secara berangsur.

Aku segera ke dokter ahli urologi de tempat lain bersaama ibu. Kebetulan hari itu ibu mau mengambil hasil test laboratorium kankernya. Hari itu 30 Januari. Tepat 2 hari sebelum bulan Januari berakhir. Dokter yang akan memeriksaku ternyata ada operasi mendadak. Aku jadi harus menunggunya lama. Selama menunggu, aku membeli kue cubit. Kalau tidak salah begitu namanya. Karena tidak boleh makan cokelat, sedikit meses yang ada di kue itu aku langsung buang. Alhasil si kue cubit benar-benar tercubit hingga keropos.

Hasil lab ibu sudah bisa diambil jadi kami memutuskan untuk mengambilnya terlebih dahulu. Selama menunggu aku sudah minum banyak air putih. Aku trauma. Aku lihat botol air mineral ku memenuhi tong sampah di depan ruangan urologi. Ada sekitar 4 botol air mineral 600ml. Aku sudah berkali-kli bolak-balik ke kamar mandi. Saat suster mencari hasil lab ibu, entah kekhawatiranku hanya sedikit. Aku yakin Allah tidak akan begitu jahat padaku. Cling... ketemu juga si kertas hasil lab oleh si suster. Waktu suster bilang ga ada apa2.... Jreeeeeng.... seperti ada bunga yang bermekaran di sekitarku. Aku sangat bersyukur. Ternyata benar, Allah ga akan sebegitu tega padaku. Tinggal menunggu hasilku. Aku masih belum tenang. Lalu setelah sej=kian jam menunggu hingga sore dan hujan deraspun mulai turun... akhirnya bertemulah aku dengan si dokter.

Sempat ada masalah sebelumnya. File namaku ternyata nyasar di bagian anak. Pantas namaku dipanggil lama sekali. :’(

Setelah itu dokter bilang kita akan keruang USG. Lagi! Waktu itu dokternya melucu terus. Bercanda terus. Aku ga suka. Aku begitu tegang dan dia begitu santainya. Aku ga mau kalau sesuatu yang buruk di sampaikan dengan gamblangnya dan tanpa ekspresi. Atau malah cengegesan begitu. Sampai akhirnya dokter bilang ga ada apa-apa di ginjal aku. Alhamdulillah... saat itu jujur aja aku masih ga bisa mikir. Cuma bisa senyum aja dengan muka yang tetap datar. Baru setelah aku keluar dari ruanng USG aku sueeeeneeeeng bangeeet.

Perjuangan menahan kepedihan yang berangsur hadir dalamk 1 bulan membuat aku lelah. Bagaimana tidak. Aku mengisi liburan bukan dengan santai beristirahat, jalan-jalan, malas-malasan. Tapi aku mengisinya dengan mondar-mandir ke rumah sakit. Bolak-balik. Menguras air mata setiap hari ampai mata bengkak. Fuuuh... selesai!

Sekarang ada hikmahnya juga. Aku jadi banyak minum air putih. Selain itu aku jadi lebih parno. Ketika aku merasa sakit di bagian dada, aku langsug takut kalau itu kanker. Dan ... entah bulan Januari mungkin akan jadi traumatis tersendiri buat aku di tahun depan. Semoga hal buruk seperti ini gak akan terjadi lagi. Aamiin...

Menggantikan Ibu

Postingan 21 Januari 2012

Hari ini, pagi-pagi pukul 8.00 aku sudah pergi dengan kakakku belanja ke supermarket dan membeli obat di apotik. Karena ibu sakit jadi tak mungkin ibu yang pergi.
Awan nampak mendung hari ini. Keliahatannya nanti akan hujan.
Aku baru saja membuat agar-agar coklat dan strawbery. Semoga enak dan tidak terlalu manis. Maklum saja aku tidak pernah membuat apa-apa sendiri. Pasti selalu ada ibu. Terakhir kali aku memasak sendiri adalah tahun lalu 1 Juli 2011 saat ibu ulang tahun. Rencananya aku akan membuatkan ibu cake coklat. Namun sepertinya resepnya kurang bagus. Entah salah atau apa. Aku sudah mengikuti semua langkah yang ada di resep tapi ternyata sepertinya resepnya memang ada yang salah. Akhirnya kue cake malah menjadi muffin yang padat. Enak memang, tapi tetap saja itu namanya gagal. Mungkin lain kali aku akan mencoba. Lain kali.


Kembali ke rumah

20 Januari 2012

Ibu sekarang sudah kembali ke rumah. Tadi siang sekitar pukul 11.30. Ibu diantarkan dengan taksi dari rumah sakit ditemani oleh aku yang sepulang kuliah segera menghampirinya. Saat itu aku sangat mengantuk. Mungkin karena malamnya aku menyelesaikan LPJ hingga pukul 12. Sebenarnya LPJ itu bisa selesai dengan cepat jika aku tidak dengan nakalnya membuka internet dan menulis blog di tengah malam dan melanjutkannya sambil menonton tv. Multi tasking yang tidak baik ditiru.

Aku membiarkan ibu istirahat di kamarku dan aku memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah. Aku sangat senang ibu bisa pulang. Meski itu tidak berarti aku sudah puas. Aku masih belum puas dan 100% senang. Hasil dari laboratorium masih belum ada. Apakah kanker ibu ganas atau tidak. Aku masih menunggu dengan penuh harap dan keyakinan bahwa ibu akan baik-baik saja. Aku selalu mendoakan hal yang sama setiap kali aku sholat. Doaku seperti kaset yang hanya di mainkan ulang setiap kalinya. Aku tak pernah berhenti berdoa agar ibu baik-baik saja. Aku tak pernah berhenti meminta agar kanker yang ada dalam diri ibu kemarin tidak ganas. Aku sangat berharap Allah tidak mengambil kebahagiaanku yang satu ini.

Sebenarnya ibu masih belum diperbolehkan pulang ke rumah. Karena kalau di rumah ibu pasti kecapaian. Tapi ibu tetap saja ingin pulang.

Setidaknya aku bisa cukup tenang untuk beberapa hari ke depan.

Malam ini aku membiarkan ibu tertidur di tempat tidurku dan aku tidur di kasur tepat di samping ranjang ibu. Rasanya memang kurang nyaman tidur bukan di kasur sendiri. namun apa boleh buat, akau tak bisa membiarkan ibu tertidur hanya beralaskan kasur di lantai. Ibu pasti akan kesulitan bangun, jadi aku harus bisa memutuskan baik-baik.

_Anonymous

Hari operasi #2

ini postingan Kamis, 19 Januari lalu

Ini sudah hari kedua pasca operasi yang ibu lakukan. Kemarin semuanya berjalan dengan lancar. Syukurlah. Meski sepanyang operasi aku hanya bisa menangis.
Jujur saja... Ketika ibu memasuki ruang observasi, aku merasa seperti ada di dunia lain yang tak aku sukai. Banyak orang di sana. Banyak orang yang menemani ibu, mereka tertawa, bercanda dan berusaha menenangkan ibu. Ibu pun nampak sangat tenang meski aku tahu di hatinya ada perasaan takut.

Kemarin, bukan hanya ibu saja yang operasi. Ada sekitar 5 pasien juga yang hari itu operasi, aku kurang tahu apa penyakitnya. Lagi pula saat itu aku tak peduli orang lain. Hal yang aku pedulikan hanya ibuku dan bagaimana caraku menahan air mata yang sejak tadi aku tahan. Ah... Hidungku benar benar memerah dan terasa panas saat itu.

Beberapa saat kemudian ibu diminta masuk ke ruang operasi. Kami diminta berdoa bersama dahulu sebelum ibu menjalani operasi. Saat itu pula tangisanku tumpah. Aku sudah tak bisa tahan lagi. Ibu akhirnya menangis karena melihatku menangis. Ibu bilang jangan menangis dan ia juga bilang kalau ia akan baik-baik saja. Aku tahu, aku tahu ibu pasti akan berkata seperti itu. Aku sangat tahu bahwa ibu pasti akan baik-baik saja. Ini bukan operasi yang besar sehingga kekhawatiranku memang seharusnya tak berlebihan. Namun bagaimanapun juga aku wanita. Aku wanita. Aku tak sanggup kalau harus menahan perasaanku seperti itu. Terlebih lagi aku sangat menyayangi ibu. Ya ibu... aku sangat menyayangimu. Sangat sayang.

Sore itu sekitar pukul 5 lebih ibu mulai masuk ruang operasi. Selanjutnya sekitar setengah jam kemudian ibu keluar ruang operasi namun dalam keadaan belum sadar. Pikiranku sangat kacau saat aku melihat ibu terbaring tak sadarkan diri dengan bantuan pernapasan melalui selang oksigen. Aku tetap sibuk menyeka air mata yang hampir menetes dari mataku. Sedangkan ayah memegangi tangan ibu dan berusaha menyadarkannya. Aku tak berani menyentuh ibu. Jangankan untuk menyentuhnya, untuk melihatnya saja aku takut. Kalau bisa aku ingin menonaktifkan penglihatanku sesaat. Sampai akhirnya adzan maghrib berkumanndang. Aku memutuskan untuk sholat dahulu. Aku dan kakakku segera sholat di kamar perawatan, ayah memutuskan untuk sholat di masjid.

Seusai aku sholat aku segera mendoakan ibui. Mengangkat kedua tanganku, menengadah dan meminta kepada Allah. Saat itu pula aku dengar ada yang membuka pintu kamar. Aku pikir, mungkin ibu sudah sadar. Ternyata benar. Saat aku ke ruangan observasi, ibu sudah membuka mata. Aku memegang tangannya. Mataku kembali mengeluarkan air mata. Aku berusaha menyekanya. Aku mendengar ibu mengatakan dengan suaranya yang masih bergetar dan sangat pelan. "Jangan menangis, ibu tidak apa-apa." Saat itu aku hanya menganggukkan kepalaku namun tetap saja aku menangis.


Saat ibu sudah dikembalikan ke ruang perawatan, keadaanku menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jujur saja saat itu mataku sangat pedih, hidungku panas, kakiku pegal karena sudah berdiri lebih dari 1 jam. Pinggangku pun sakit sekali. Badanku semuanya pegal dan rasanya sangat remuk. Semalaman aku tidak bisa tidur. Ibu masih belum bisa tidur, ibu batuk-batuk parah. Aku berusaha agar tellingaku tetap bisa terjaga meski mataku sudah terpejam. Aku tidur di atas sofa dan menghadap ke arah ibu. Acap kali ibu batuk aku bangun menanyakan apa ibu butuh minum atau tidak. Aku berusaha tetap terjaga meski yang lainnya sudah tertidur. Harus ada yang menemaninya. Harus ada yang mengawasi ibu. Selelah apapun aku harus tetap terjaga.

Hingga pagi pun tiba. Hari itu aku merasa waktu berjalan begitu cepat. 24 jam terasa hanya sekitar 6 jam. Padahal pagi ini aku harus ada seminar hingga pukul setengah lima sore. Aku harus sanggup bangun selama seminar berlangsung. Sudah begitu aku terburu-buru berangkat dan minum di kamarku habis pula. Pada akhirnya aku sarapan roti di jalan tanpa minum. Untung ketika sampai temanku membawa minum. Sebenarnya aku mau membeli minuman di mini market. Tapi sepagi itu belum ada mini market yang buka. Ketika menemui mini market 24 jam malah terlewat. Seperti krisis air saja.

Malam ini aku tidak menemani ibu di rumah sakit. Hanya ada kakakku di sana. Padahal aku ingin tetap di sana. Tapi rasanya tak mungkin. Besok aku harus mengumpulkan laporan penanggung jawaban. Hal yang aku takutkan adalah kakakku tak bisa menjaga ibu dengan baik. Aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apa lagi orang seperti kakakku yang sudah aku kenal. Semalam saja ia tidur dengan nyenyaknya padahal ibu terbatuk-batuk. Semoga ibu baik-baik saja di sana.


Wednesday 18 January 2012

Hari operasi #1

Sekarang ini aku mempunyai blog lain juga. Apapun yang ada di blog itu akan aku post ke sini juga. ^-^


Di awal tahun 2012 ini, aku diterpa badai yang sangat kencang. Karena terlalu kencang aku sampai tak bisa berpegangan pada apapun dan sepertinya aku benar-benar sudah terbang jauh ke tempat yang sama sekali tidak aku ketahui.


Beberapa waktu lalu, persisnya tanggal 6. Ya... Jumat 6 Januari 2012. Aku mendengar kabar yang sangat tidak menyenangkan. Aku merasa itu adalah terpaan badai yang sangat kencang dan sangat mengguncangkan hatiku.


Sepertinya sore itu sekitar pukul 15.30. Ibu baru saja pulang dari kantor. Ibu segera melepaskan jaket yang dikenakannya dan berkata sesuatu kepada ayah. "benar pak."

Aku menoleh... apa? Apa yang benar?

Aku bertanya kepada ibu apa yang sedang ibu bicarakan dengan ayah. "Kanker dik, ibu kemungkinan kena kanker payudara."


Aku yang tadinya sibuk dengan urusanku sendiri menjadi diam tercengang mendengar perkataan ibu. Saat itu aku masih belum bisa berpikir apa-apa. mungkin saat itu pikiranku kosong untuk sementara. Entahlah. Aku juga tak paham. Satu kata yang terlontar dari mulutku hanya kata "bohong!"


Ibu kembali menegaskan perkataannya dan berkata, "buat apa ibu bohong soal penyakit dik?" Aku mungkin kurang ingat persis perkataannya, namun secara garis besar itu yang ibu sampaikan. Ibu terlihatr sedih dan kecewa. Bahkan ibu mau menunjukkan kepadaku benjolan yang ada di dadanya yang diindikasi kanker itu kepadaku. Itu ibu lakukan untuk membuat aku percaya padanya. Aku menolak. Untuk apa aku membuktikan sesuatu yang sudah aku yakini hanya sebuah kebohongan. Aku tidak mau.


Aku kembali menyibukkan tanganku dengan melipat kerudung. Saat itu dibenakku muncul pikiran aneh yang tak bisa aku bendung lagi. Sepertinya pikiran itu muncul seperti film yang berputar dengan cepat. Aku membayangkan hal-hal aneh dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku membayangkan semua kemungkinan buruk yang ada. Aku benar-benar gila. Tiba-tiba saja air mataku menetes. Semakin lama air mataku semakin membasahi wajahku. Hidungku panas berusaha menahan tetesan air mata namun tak bisa. Kepalaku sakit memikirkan hal itu. Aku terisak, kakakku hanya menatap diam di sampingku.


Saat itu aku rasa aku tak bisa lagi berpikir secara rasional. Mungkin kalau ada orang yang mengajakku lari atau terjun dari atap rumahku, aku akan melakukannya. Aku bukan berlebihan. Tapi sungguh... aku tidak bisa menahan rasa sedihku.


Awalnya aku pikir itu hanya sebuah dugaan, aku menanti ibu hingga pergi ke dokter dan menanyakan kepadanya apa yang terjadi sebenarnya.


Ternyata jawabannya pun sama. tetap dokter mengatakan bahwa itu kanker, hingga ibu memutuskan hari ini untuk operasi pengangkatan kankernya. Ibu bilang setelah di operasi baru akan dilihat apakah itu kanker ganas atau bukan.


Sejauh ini aku masih tetap dan terus berdoa serta berharap bahwa itu bukan kanker yang ganas. Aku sangat berharap besar. Aku yakin Allah tidak akan membuat aku sedih dan menderita. Aku sangat menyayangi ibuku. Akutidak mau kalau ibuku sakit. Kalayu bisa bahkan aku rela menggantikannya. Aku ingin ibu baik-baik saja.


Aku masih saja berpikir siapa tuhu saja ini benar hanya mimpi. Aku masih berharap besar hingga ibu tadi berangkat ke rumah sakit diantar oleh ayah.


Aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Saat bertemu dengan teman-teman hari Senin lalu, aku sangat gembira. Aku masih bisa bahagia, tertawa dan bercanda-canda dengan mereka. Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal aneh sejak aku mendengar kabar buruk itu. Aku berhasil. Ya... Aku berhasil menekan perasaan sedihku. Namun... badanku tidak bisa membohongi. Beberapa hari kemarin hingga hari ini, badanku terasa sangat pegal, dadaku rasanya sesak. Aku sadar, mungkin ini karena aku stres, makanya badanku jadi sakit begini.


17 Januari 2012... Pikiran bodohku kembali lagi. Entah apa yang mengundangnya datang.

17 Januari 2012


Hari ini 18 Januari 2012 adalah hari operasi ibu. Ibu bilang operasinya akan mulai pukul 16.00. Aku sangat berharap ibu baik-baik saja. Pasti. Ibu pasti baik-baik saja. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Allah pasti baik kepadaku.





written by_Anonymous


_RedRose


Friday 6 January 2012

Bad Day


Jumat, 06 Januari 2012

Hai!

Ini postingan pertamaku di awal tahun 2012 ini. Selamat tahun baru!!

Postingan pertama ku di awal tahun ini menjadi postingan yang kurang menyenangkan bagiku. Aku juga tidak paham apa kurang menyenangkan atau bisa ku katakan sangat tidak mneyenangkan. Aku sangat tidak suka dengan berita yang ku dengar sore ini. Aku merasa sampai sekarang aku pasti sedang bermimpi buruk... mimpi buruk yang sangat panjang.

Ibu baru saja sampai rumah pada sekitar pukul 15.25 sore ini. Sebelumnya hujan. Cukup deras. Melihat ini sudah memasuki musim hujan. Ibu bilang pada ayah “benar pak!”. Aku bertanya padanya apa yang benar. Ia menceritakan keluhannya sejak tadi malam pada bagian payudaranya yang sebelah kiri dan setelah di lihat dengan teman kantor ibu yang perawat ibu bilang ada benjolan di sana. Ibu bilang seperti kanker.

Kau tahu apa yang datang dalam pikiranku? Tidak ada... pikiranku benar-benar kosong seketika setellah ibu mengatakannya. Bahkan kata pertama yang ku ucap “BOHONG!”

Ibu mengatakan hal yang benar-benar menyadarkan pikiranku. “masa soal penyakit ibui bohong dek!” dengan nada sedih dan sedikit kesal dan kecewa.

Aku menundukkan kepalaku... aku benar-benar tertunduk. Sekarang semua pikiran kacau mulai ada di otakku. Aku berteriak dalam diriku sendiri. ini pasti obhong. Ga mungkin. Aku pasti mimpi. Aku ga percaya. Allah tidak mungkin sekejam itu padaku. Pasti ibu baik-baik saja. Ibu pasti sehat kan? Iya kan? Ini pasti bohong kan??

Tanpa aku sadari air mataku berlinangan. Air mataku jatuh deras membasahi pipiku. Apalagi setelah ibu mengatakan kalau aku tidak percaya aku boleh merabanya dan merasa benar ada benjolan atau tidak.

Pandanganku buram. Rasanya mataku benar-benar terpadati air mata. Hidungku panas dan sakit. Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menyibukkan tanganku dengan melipat kerudung yang baru saja ku keluarkan dari kantung belanjaan. Tapi aku benar-benar kehilangan akal ku. Aku benar-benar berpikir aku bisa gila karena ini. Aku pindah ke depan pinto. Menatap ke luar, menghapus air mataku. Ibu tertidur di kamarku. Aku tak bisa masuk dan melihatnya. Kalau aku melihatnya sekarang, aku bisa semakin gila. Aku menoleh ke arah kaca. Melihat bayanganku yang samar di kaca jendela. Aku melihat bola mataku yang masih basah dengan air mata. Aku mengatakan pada diriku sendiri. “Bangunlah! Aku pasti sedang bermimpi buruk sekarang.”

Aku ingin menjernihkan otakku dengan mandi dan keramas. Aku mendengar kakakku sedang bicara dengan ibu masalah kanker dan gejalanya yang dicari di internet oleh kakakku. Aku mohon... jangan bicarakan itu. Ini kan bohong. Jangan lagi bicarakan itu. Aku mendengarnya... aku bisa mendengarnya dengan jelas dari balik dinding kamar mandi. Ku mohon hentikanlah pembicaraan itu...

Aku mulai mengeluarkan suaraku. Aku bernyanyi dalam tangis di kamar mandi. Aku rasa saat ini tempat paling aman untuk ku meluapkan emosi hanya kamar mandi. Aku bernyanyi tapi... tetap saja suaraku bergetar. Pasti aku ketahuan ibu. Ibu pasti tahu aku menangis.

Apa ini salahku? Apa ini kesalahanku?

Allah aku mohon jangan... jangan biarkan ini semua terjadi. Aku yakin Kau tidak akan melakukan hal sekejam ini padaku. Kau tidak akan setega ini.

Ketika aku keluar kamar mandi, aku berusaha bernyanyi-nyanyi gembira. Tidak menatap siapapun termasuk ibu. Ketika aku melihat ibu mengeluh sakit memegang dadanya... aku tak berani menatapnya. Aku hanya mendengar keluahannya dan sekilas melihat punggungnya. Aku tak akan berani menatap wajah ibu. Aku tidak berani.

Bahkan ketika ibu mengajakku berbicara, aku berusaha menghindari pandangan matanya. Aku takut... sangat takut.

Jika boleh aku minta satu saja keajaiban. Aku ingin waktu berhenti sekarang. aku ingin waktu benar-benar terhenti dan tak lagi bergerak. Kumohon.

Kalaupun waktu tetap terus berjalan. Jadikanlah ini mimpi buruk yang panjang atau mungkin... jadikanlah kabar itu dugaan yang salah. Toh dokter tidak mengatakan apa-apa.