Friday 1 May 2015

Mereka yang memberiku kebaikan ditengah kesulitan



Kadang mereka yang tak dikenal, lebih jauh bisa diandalkan. Mungkin ini kalimat yang paling cocok untuk menggambarkan berbagai kondisi yang terjadi padaku belakangan ini. Entah mengapa satu persatu kebaikan datang justru dari mereka yang tak secara dekat kita kenal. Mereka yang tidak punya ikatan apapun dengan kita. Mereka yang sebenarnya tidak memiliki kewajiban sama sekali untuk menolong kita malah lebih punya keinginan untuk menolong dibandingkan dengan orang-orang terdekat. Mungkin ini berpengaruh dengan tipe kepribadian. Atau kecenderungan perilaku menolong yang dimiliki orang tersebut. Tapi, diluar dari itu semua menurutku pada dasarnya semua orang punya perilaku menolong bukan? Hanya saja dengan kadar yang berbeda. Jika saja tingkat keinginan untuk menolong yang dimiliki semua orang sama tingginya, aku rasa tidak akan ada kejahatan yang merajalela bukan? Ku rasa begitu.

Aku ingin menceritakan mengenai berbagai kejadian manis juga yang mengenaskan terjadi padaku belakangan ini. Dimulai dari kasus laptop yang rusak entah mengapa. Katanya sih karena bad sector pada harddisk-nya jadi tidak bisa terbaca. Kasus ini mulai saat tiba-tiba di hari Minggu malam saat aku menyalakan laptop, layar laptop itu hanya terhenti pada gambar starting-up yang ada logo windows-nya. Aku terkejut karenanya. Agak sedikit cemas atau bisa dikatakan sangat cemas. Bagaimana bisa aku tidak cemas. Pertama, laporanku belum selesai. Kedua, data skripsiku belum ada satupun yang aku back up. Ketiga, aku masih sangat membutuhkan laptop ini untuk mengerjakan skripsi mengingat tidak ada laptop cadangan di rumah yang nampak mumpuni untuk bisa dijadikan laptop yang bisa untuk dibawa kemana-kemana. Keempat, laptop ini masih baik-baik saja dari pagi hingga sore hari bagaimana bisa tiba-tiba tidak bisa menyala.

Aku berulangkali menyalakan dan mematikannya tapi tetap hanya berhenti sampai sana. Bahkan masuk ke dalam safe mode saja tidak bisa. Kakaku saat itu membantu tapi yah seperti biasa dengan muka masam. Nampaknya ia malas membantuku karena takut disalahkan dengan keadaan tersebut. Hanya bisa terdiam melihat dia mengutak-utik laptopku. Tak paham dengan hal itu dan juga tak mau kesal dengan tampang kakakku yang masam.

Akhirnya aku iseng bertanya dengan beberapa teman. Siapa tahu pernah mengalami kejadian itu. Pertama yang terpikirkan adalah grup SMA ku. Berisi orang-orang lama yang pernah ku tulis di sini. Mereka yang pernah bertengkar denganku tapi akhirnya kembali berbaikan dan berkumpul bersama tanpa pernah mengungkit sebenarnya kejadian apa yang terjadi pada saat itu. Masalah berakhir tanpa ada solusi yang pasti dan membuatku merasa tak punya lagi pilihan selain diam dan merasa bahwa tidak ada masalah apa-apa di antara kita. Saat aku bertanya dengan mereka, respon pertama nampak baik yaitu diminta masuk ke safe mode. Saat aku mengatakan bahwa tidak bisa, salah seorang dari mereka langsung mengatakan “yaudah bakar”. Iya sih maksudnya bercanda dan aku taku memang karakter dia seperti itu orangnya tapi entah mengapa aku masih belum terbiasa dengan hal itu. Setidaknya kalau tidak tahu bilang saja tidak tahu kenapa. Yah sudahlah aku tidak memperpanjang obrolan yang malah akan membuatku merasa tidak nyaman ini. Akhirnya aku memutuskan untuk beralih ke grup lain yang semoga bisa mendapatkan bantuan yang aku butuhkan meski aku juga pesimis karena grup ini adalah grupku semasa OKK dan jarang sekali mendapat balasan ini itu saat aku masuk ke grup ini. Kami sangat berbeda dan aku rasa punya kesibukan masing-masing pula. Apalagi kami sudah lama tidak berhubungan. Tapi yah namanya harapan selalu muncul meski hanya sebesar ketombe.

Hal yang tak kusangka adalah… semua orang di grup ini meresponku dengan baik. Pertama adalah MHIH yang menanyakan secara detil kondisi laptopku sampai akhirnya muncul ODR. Aku lupa pernah menceritakan mereka atau tidak di sini tapi nampaknya pernah. Mereka teman lama yang ku kenal semasa awal perkuliahan. Teman satu perjuangan masa-masa orientasi di kampus. ODR adalah mahasiswa teknik komputer sedangkan MHIH adalah mahasiswa sastra indonesia. Keduanya pria dan aku rasa itu sebabnya mereka lebih merespon masalah-masalah seperti ini dan bisa menanggapinya dengan baik. ODR langsung menyarankan untuk menyelamatkan data terlebih dahulu sebelum diinstal ulang, dia menawarkan bantuan untuk memback up data-dataku karena ia punya konektor untuk HDD agar bisa dijadikan HDD eksternal untuk sementara. Hari itu adalah Minggu 15 Maret 2015. Kami janji untuk bertemu di kampus hari Selasa karena hari Senin aku harus mengambil data. Hal yang juga tidak mungkin ditinggalkan. Terharu? Jelas. Sangat! Aku tak menyangka ia akan sebaik ini menawarkan bantuan yang sampai paragraf ini masih nampak sederhana tapi kalau kalian baca lanjutannya pasti menjadi hal yang menyentuh. Tak menyangka masih ada orang yang sebaik ini padahal hubungan kami hanya sebentar saja. Aku masih ingat janji di awal masa perkuliahan yang bilang bahwa grup kami tidak akan ada matinya sampai nanti. Katanya ke-eksisan grup kami akan terjaga. Aku sempat meragukannya karena kami sempat kehilangan kontak seiring berjalannya waktu. Tapi setelah anak-anak perempuan dari grup ini berkumpul dan membuat grup di LINE, semua nampak berhubungan kembali. Bahkan aku tak menyangka kalau ODR mengatakan “kabarin aja kalau mau ngumpul. Gue pasti nyempetin”. Kata yang nampak tak disangka keluar dari seorang pria hahaha. Ups maaf ini bukan diskriminasi gender.

Selasa 17 Maret 2015. Kami akhirnya bertemu. Aku, ODR dan RDU. RDU juga ingin memperbaiki laptopnya. Kami janjian setelah dzuhur. Saat itu ODR agak telat. Tidak heran sih. RDU yang tadinya menunggu denganku juga tiba-tiba meninggalkanku sementara karena harus minta tanda tangan dosen. Akhirnya aku menunggu sendiri di fakultas teknik. Aku benci kondisi yang asing tapi yah apa daya. Menunggu sendirian juga nampak kaku. Tak lama aku melihat orang yang mirip dengan ODR dari kejauhan sedang menengok ke arah kanan dan kiri seperti mencari seseorang. Aku ragu itu dia. Terang saja, aku rasa pertemuan terakhir kami sudah sangat lama. Lebih dari 1 tahun malah. Aku sering berharap bertemu dengannya secara tak sengaja tapi nampaknya tidak pernah terkabul. Aku memanggilnya pelan tapi ia berjalan dan tidak mendengar. Saat ia nampak akan meneleponku, aku melihat ke arahnya dan melambaikan tangan. Ia melihat ke arahku dan akhirnya menghampiriku. Lama tak jumpa, dia terlihat berbeda. Nampak lebih tinggi.

Akhirnya kami pindah ke laboratoriumnya. Lebih nyaman secara fisik dibandingkan tempat sebelumnya yang panas dan tidak ada koneksi internet. Tapi lebih kaku karena space-nya lebih kecil dan isinya pria semua. Apalagi saat ODR pergi sebentar menghampiri RDU yang tidak tahu posisi kami sekarang dimana. Akhirnya ODR mengerjakan laptopku. Nampak sebagai suatu hal yang sulit. Saat itu aku juga nampak seperti orang bodoh karena tidak mengerti apapun yang ia lakukan pada laptopku. Aku hanya menyadari bahwa masalah yang terjadi pelik. Sampai jam 5 sore akhirnya ODR memutuskan untuk membawa laptopku ke kontrakannya untuk diperbaiki karena ia tidak bawa peralatan lengkap.

Rabu 18 Maret 2015. Saat aku menanyakan kabar laptop ia membalas chat dengan “…”. Ih apa itu “…” benar-benar membuat orang cemas saja. Ternyata dia bilang directory C: saja yang terbaca sedangkan D: nya tidak. Aku bilang bahwa yang penting ada di D:. dia bilang ada masalah di HDD. Failing, mungkin lebih akrab dikenal dengan bad sector. Katanya ia masih berusaha agar bisa terbaca. Berjam-jam ia melakukannya dari pagi.

Siang harinya, ia mengatakan “chi… dengan berat hati harus gue sampaikan kondisi data-data lo…” jadi singkat kata data yang di D bisa selamat tapi nampaknya hanya sedikit yang selamat. Drop. Sedih. Tidak tahu harus apa dan berbuat apa. Waktu dia capture data-data yang selamat… “loh itu emang data gue Cuma segitu” hahaha… ini seperti gubrak moment. Pembicaraan dari grup beralih ke chat pribadi karena nampak mengganggu. Akhirnya semua data sudah ia back up dan ia menginstal ulang laptopku. Katanya selama tidak muncul masalah yang sama tak perlu ganti HDD, tapi kalau muncul lagi… ganti saja.

Kamis 19 Maret 2015. Akhirnya selesai masalah laptop. Hari ini aku mengambil kembali laptopku ke teknik. Aku memutuskan untuk membelikannya donat. Pertama, karena dia bilang suka manis. Sebenarnya ragu mau donat atau pizza karena dia sedang sakit gigi. Kedua, karena dia telat memberi tahu kalau dia sudah di kampus dan akhirnya aku yang meneleponnya untuk bertanya dan ternyata dia ada praktikum pukul 16.00 sedangkan pukul 15.00 aku masih berada di tempat yang agak jauh dari kampus. Hanya donut yang nampak cepat dipesan ketimbang pizza yang masih harus butuh waktu lama. Setelah memberikan laptop, aku memberikannya donat. Kami sama-sama mengucapkan terimakasih berulangkali. Yah aku tak bisa membalas kebaikannya yang tiada tara. Apalah arti satu lusin donat dibanding kebaikannya bukan? Maksudku, ia mau mengorbankan waktunya untuk membantuku sedangkan ia punya pilihan yang besar untuk tidak membatuku sama sekali.

Ada kejadian unik sebenarnya saat aku sudah menunggu di halte. Dia meneleponku berulangkali tapi tidak ku sadari. Saat aku membuka LINE, “chi chargernya ini” haha… aku lupa mengambil charger. Padahal aku baru saja bilang “udah nih? Sebentar banget ketemunya” tapi harapanku langsung terkabul J

Itu kebaikan yang sangat luar biasa bukan? Kalau kau jadi aku, pasti kau akan merasakan hal yang lebih dibandingkan hanya sekadar membaca kisah ini.

Kebaikan kedua datang dari seorang Profesor dari universitas di Ohio. Aku sedang mengerjakan skripsi yang berhubungan dengan penelitian yang ia lakukan. Aku mengadaptasi alat ukurnya ke bahasa indonesia. Aku mendapatkan kebingungan di beberapa hal. Awalnya aku ragu mengirimkan email padanya, mengingat ia profesor dan juga kami berbeda negara. Aku rasa lebih besar lagi kemungkinan ia tidak perlu membantuku dibandingkan ODR yang jauh lebih pernah ku kenal. Tapi, tak aku sangka dalam sehari atau duia hari (maaf aku lupa) emailku dibalas. Meski oleh asisten penelitinya, tapi aku sangat tersentuh saat ia mengalihkan emailku kepada asistennya dan meminta asistennya untuk membantuku ketimbang mengabaikan emailku karena ia sedang sibuk. Aku tersentuh. Terharu 100%.

Belum lagi asisten penelitinya sangat baik. Setiap email yang aku kirimkan padanya dijawab dengan penjelasan yang sangat detil. Ia adalah CC. ia sangat baik dan ramah. Ia bahkan mengizinkanku untuk bertanya berbagai hal padanya jika ada hal lain yang masih ingin aku tanyakan. Dalam sehari emailku dibalasnya. Bukankah ia sangat baik? Bahkan aku merasa bahwa ia seperti teman dekatku.

Selain itu ada pula AS, teman SMA ku yang juga bisa dibilang meskipun teman SMA, dia tidak dekat denganku. Aku meminta bantuannya untuk men-translate alat ukur. Dan dengan baiknya ia bersedia. Bahkan emailku tidak sampai sehari dibalas olehnya. Ia bahkan mau membantu temanku yang lain. Dan juga bahkan meski ia sedang umroh ia masih membalas chatku dan mengizinkanku untuk meminta bantuan padanya. Bahkan ia meminta maaf sekali saat ia tidak bisa segera membantuku karena sedang umroh. Maksudku, ini sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ia lakukan. Malah aku yang harusnya meminta maaf dan sangat berterimakasih padanya karena telah sering menganggunya. Disisi lain, teman SMA ku juga yang dari 1 grup sebelumnya itu, yang merespon agar aku membakar laptopku. Malah berkata “emang email apa sih ci? Penting banget ya?” padahal aku sudah bilang itu untuk skripsi. Apakah itu menurutnya bukan suatu hal yang penting sampai-sampai bahkan ia pun tidak menawarkan bantuannya kembali atau hanya sekadar menanyakan jadi atau tidak aku meminta bantuan padanya. Hal ini sangat menunjukkan bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk membantuku. Sebenarnya ia lebih merasa baik jika tidak membantuku. Sedangkan saat ia butuh bantuanku untuk meminjam buku di perpustakaan kampusku, aku menyediakan bantuan dan menyodorkan suguhan pilihan bantuan semampuku. Semuanya aku berikan tanpa pamrih dan berharap apapun. Tapi yang ku dapat jauh berbeda dengan apa yang aku berikan. Bukannya bermaksud pamrih tapi apa salahnya aku berharap bahwa setidaknya ia berusaha seperti usaha yang aku lakukan.

Belum lagi teman yang satu penelitian denganku dan yang sudah sangat lama ku kenal juga tidah membalas pesan yang padahal penting bagiku. Pesan mengenai hal yang bisa ia lakukan tapi tidak bisa aku lakukan. Lebih banyak mengecewakan dibandingkan menyenangkannya. Mengenaskan ya? Kadang orang yang dekat terasa jauh dan orang jauh malah terasa seperti keluarga sendiri.

Terima kasih banyak ya, ODR, CC, dan AS. kalian benar-benar orang baik. Menanggapi semua kegundahanku dengan baik bahkan disaat kalian punya pilihan lebih besar untuk tidak menolongku. Bahkan disaat aku dan kalian hanya berhubungan sejenak atau bahkan belum pernah aku kenal sama sekali. Terima kasih sekali lagi. Aku harap aku bisa seperti kalian menebar kebaikan dan harapan pada setiap orang bahwa masih ada orang yang bersedia membantu orang lain meski baru dikenalnya.

_RedRose