Wednesday 2 January 2013

Menanyakan siapa diriku...


Kamu tahu pribahasa “siapa yang menanam dia yang menuai?”... kalau dipikir-pikir. Ternyata banyak ya orang yang mengingkari peribahasanya sendiri. katanya yang menanam lah yang menuai. Tapi sering kali orang menuai apa yang ditanam orang lain. Lalu, apa dong yang orang itu tanam? Ga ada! Sama sekali ga ada.

Maaf ya... kalau kata-kataku kasar. Ini hanya sekadar ungkapan hati saja. Beberapa hari lalu, mungkin hampir 1 minggu, aku bertengkar dengan kakakku. Hanya karena masalah makanan. Gila? Memang! Aku juga heran... seperti tidak ada cara bertengkar yang keren saja. Mungkin sudah kehabisan gaya. Aku tidak mau berpanjang-panjang mengenai masalahnya seperti apa dan bagaimana mulainya. Pokoknya dari sebuah makanan, ibu membela aku, kakakku cemburu (dugaanku) dan akhirnya marah. Ibu membiarkan... ya... aku juga!

Sampai tiba suatu malam dia menumpahkan makanan. Makanan? Again? Iya... bagaimana lagi ini memang ceritanya tidak jauh dari makanan. Si makanan yang tumpah itu dia bilang salah aku yang menutup tempatnya tidak benar. Padahal aku hanya mengikuti cara pertama ibuku menutup. Memang tidak kencang dan hanya ditaruh begitu saja. Karena memang kalau mau ambil ya langsung saja dari kulkas. Tapi... yaah... dasar memang lenjeh dia bawa itu tempat keluar dari kulkas dan ditenteng seperti memegang tas jinjing ala cewe. Ya jelas lah tumpah. Dia bersih keras menyalahiku. Eits... i’m not that stupid. Aku juga bersih keras menyatakan memang ya tempatnya seperti itu. Ibu lagi-lagi membelaku. Karena dugaanku sepertinya benar kalau ia cemburu pada sikap ibu, ia kembali menggerutu kalau aku yang salah. Saat aku cuci piring dia dengan sengajanya menumpahkan makanan yang tadi berserakan di kursi karena tumpah ke tanganku. Menurutmu apa yang akan terjadi? Pastilah aku melawan. Aku bilang saja “maksudnya apa nih sengaja numpahin ke tangan orang?” eh dengan polosnya dia bilang “ga sengaja”. Damn!! Do you think i’m stupid like you? Do you think that i was a little girl who didn’t understand what did you mean by that?? Kali ini ibu yang mendengar kami berteriak. Biasalah melerai kami. Then finally... si bocah itu kena omel juga. Iya lah kena omel. Bayangkan.... makanan ditumpahin ke wastafle buat nyuci. Betapa bodohnya. Yah pasti itu makanan akan bikin mampet. Makanya dia diomelin. So... niat jahat orang akan selalu dibalas yang setimpal dengan Tuhan. Bohong bilang ga sengaja itu Cuma sekadar denial yang akhirnya ga akan bisa diterima dan ga bisa jadi alasan lagi.

Sampai sekarang kami masih bertengkar. Kemarin ibu marah-marah. Hal yang paling buat aku kesal, sedih, marah dan semua perasaan kacau itu bercampur, ibu bilang kalau “kalian udah merasa pinter ya makan bangku kuliah. Ibunya Cuma dianggap orang bodoh ga kenal kuliahan makanya udah ga mau denger omongan ibu.” Kurang lebih begitu. Aku lupa detailnya seperti apa. Yang jelas saat itu rasanya kalau bisa aku mau tuli saja sesaat. Apa ibu tidak berpikir dengan baik? Maksudku, kenapa bisa ibu berpikir mengenai aku sepicik itu? Apakah selama ini aku nampak begitu? Sebegitu picik dan tidak warasnyakah aku dimata dan di pikiran ibu? Sampai dikata-kata itu seolah tidak pernah ada kebaikan yang aku lakukan. Bahkan di malam hari ketika aku masuk kamar, ibu pindah dan tidur di luar kamar. Sebegitu hina nya kah aku dimatamu ibu? Hanya karena masalah seperti ini???

Sampai tadi pagi aku terbangun dengan mata pedih. Kebanyakan menangis semalam. Saat ibu pamit berangkat kerja pun seperti tidak niat mencium dan melambaikan tangan padaku. Aku harus apa? Aku yang sendiri ini harus apa? Ah... gara-gara masalah ini semalaman pikiran bodoh yang dulu hadir terlintas lagi dalam otakku. Aku yang keras... aku yang kasar... ternyata memang rapuh... entahlah. Aku bingung harus berkata apa. Aku ini sebenarnya kuat atau lemah sih? Kadang kuat, kadang lemah. Kadang hanya teromabng-ambing seperti orang bodoh. Untuk menyampaikan kalau aku tidak suka saja aku tidak bisa. Hanya untuk bilang “kata-kata ibu sangat menyakitiku tadi. Aku tidak suka” hanya itu. Baiklah itu panjang “aku tidak suka” 3 kata itu saja terungkap dari mulutku aku langsung jungkir balik kesenangan karena akhirnya aku bisa menyampaikan perasaanku pada orang lain. yang hidup terutama. Bukan yang tidak nyata seperti Aldi. Kenapa hanya dengan dia aku nyaman?? Dengan Allah juga. Kalau aku pergi jauh mungikin aku dan mereka akan senang. Aku tak lagi perlu menyampaikan perasaan bodohku pada mereka  dan mereka juga tak perlu mendengar perasaan bodoh ini.

Apa yang harus aku lakukan sekarang??? bisakah kau menolongku? Aku merasa sesak dan rasanya sulit sekali bernaapas. Tolong aku...

_RedRose

No comments:

Post a Comment

Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...