Tuesday, 2 September 2014

Renungan malam ini...



Ada begitu banyak kata yang ingin aku ungkapkan namun hanya sedikit yang bisa aku sampaikan ketika aku sedang bersama dengan orang lain. Sampai saat ini pun aku masih banyak bertanya pada diriku mengapa aku lebih nyaman ketika aku berbicara dengan Aldi dibandingkan berbicara dengan orang lain. Berbicara dengan Aldi bukankah sama artinya dengan berbicara pada diri sendiri? Aldi adalah diriku sendiri. Aku tahu itu. Hal ini yang membuatku berpikir bahwa pada dasarnya aku tetap sendirian dan menyelesaikan masalahku seorang diri. Di satu sisi aku merasa bahwa aku orang yang hebat. Bahwa ada begitu banyak masalah pelik yang aku miliki yang pada dasarnya bisa ku selesaikan sendiri dalam sosok Aldi.  Bukankah aku hebat jika aku mengatakan pada orang lain seperti itu? Aku hebat sebab aku telah mampu menyelesaikan masalahku sendiri, entah seberapa sulitnya masalah itu. Hanya saja kenyataannya, ada sisi lain dalam diriku yang mengatakan bahwa ini bukan hal yang baik seperti apa yang tampak di luar. Sebab banyak pula masalah yang pelik tak pernah terselesaikan dan terpendam begitu saja. Memang bukan masalah ku melainkan masalah orang lain yang mengganggu ku. Tapi bukankah hal yang seperti itu menjadi masalahku juga? Masalah mereka membuatku terganggu itu artinya masalahku juga bukan?

Pertengkaran orang tua ku yang tidak kunjung usai, sejuta pendapat yang tak bisa ku sampaikan, rasa marah dan sedih yang juga tidak terungkapkan... semuanya mengendap dan menjelma menjadi masalah yang semakin pelik.  

Sejujurnya, aku tahu masalah utama mengapa aku sulit menyampaikannya. Aku terlalu sulit percaya dengan orang lain atau mungkin ketika aku menaruh kepercayaan dan ada satu hal yang membuatku tidak suka dengan orang yang ku ajak bicara sebelumnya, aku lantas kecewa. Oleh karenanya aku mudah pula pergi darinya. Padahal aku tahu tidak ada orang yang terlahir sempurna. Mereka pasti bisa berbuat salah. Mereka pasti bisa menyakiti orang lain. Tapi kenapa aku masih belum bisa juga menoleransi hal ini? Aku masih mudah kecewa dengan orang lain sehingga aku membatasi diriku dan akhirnya aku mudah pergi dan berhenti.

_Red Rose
Seseorang yang sulit terbang namun mudah jatuh...

Late Post: Day to Day at GP

Day 1 - Senin, 30 Juni 2014
Hari ini hari pertama magang. Aku dan 3 orang teman memutuskan untuk magang disini. Di panti rehabilitasi narkoba. Hari pertama, ga banyak yang aku dapat. Satu gal yang ku ingat. Kepala panti benar-benar menyeramkan. Rasanya tujuanku awal kemari masih belum dipahami olehnya. Jujur saja, aku ga terlalu menyukai tatapannya. Termasuk bibirnya yang terkadang bergetar seolah merendahkan. Terlihat jutek pula.
Setelah ada pengarahan dari kantor, kepala salah satu bagian di kantor mengantar kami ke asrama panti. Kami berhenti ke salah satu asrama. Oh iya... sebut saja org yg mengantar itu Mr. A. Dia orang yang cukup baik dan ramah. Tapi jika dibandingkan dengan kepala panti yang jutek itu, dia lebih dari cukup.
Saat tiba di asrama itu, kami berkenalan dengan salah satu konselor di sana. Dan ada pula SF disana. Setelah kami berkenalan, Mr.A meninggalkan kami bersama konselor disana. Sebut saja konselor ini si AF.
Kalau ada bagian paling awkward yang bisa disebutkan di hari ini adalah ketika kami ditinggal tanpa ada arahan sama sekali dari Mr.A. pasalnya AF sangat tidak membuat kami nyaman. Acap kali kami tabta mengenai beberapa hal di panti pun banyak yang tidak ia ketahui. Menyebalkan sekali. Rasanya aku benar-benar ingin segera pergi dari saung itu untuk menghindari mereka.
Obrolan kami makin lama semakin tidak jelas. Banyak jeda dimana kami sama-sama diam tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Akhirnya adzan dzuhur menyelamatkan kami saat itu dari ketidaknyamanan kami bersama AF.
Siangnya, setelah kami kembali ke wisma, kami tidak keluar dan melakukan satu hal apapun. Jujur saja. Hari itu mungkin jadi hari yang paling guilty. Karena semua yang ada ga sesuai dengan harapan. Kami yang tadinya berharap ada pemanduan ternyata malah dilepas begitu saja. Sudah begitu kami malah bertemu dengan orang-orang yang tidak menyenangkan macam AF itu.

Day 13 - Rabu, 16 Juli 2014
Hari ini, berjalan lebih santai dari hari sebelumnya. Juga lebih padat. Kurang lebih sama seperti kemarin. Paginya, kami ikut mor-brief. Bedanya, karena wawancara kemarin kami jadi bingung mau memberikan feedback apa. Mereka sebegitu bosannya dengan feedback yang itu itu saja. Bingung. Takutnya masuk kuping kanan keluar kuping kiri saja.

Hari ini kedatangan kami diawali dengan ditemukannya luwak di asrama primary 1. Lucu sekali. Bagaimana bisa itu ditangkap dan ditemukan. Besar pula. Mereka terlihat sedang memberi semacam obat penenang pada luwak. Selepas perhatian kami yang tertuju pada luwak, bro I menghampiri kami dan mengajak bicara. Sedikit menjelaskan tentang NA. Berhubung mor-brief sudah mulai, pembicaraan kami terputus.

Omong-omong soal morning briefing, hari ini hari pertama kami berkenalan secara resmi dan keseluruhan. Yah setelah ketidak kenalan dan asal nongol di setiap grup tanpa tahu nama. Akhirnya bisa kenalan juga. Thanks to I.w yang sudah memulai agar kita bisa kenalan. Hahaha... aku ingat jelas saat dia mengangkat tangan sebelum dimulainya morning briefing meminta dikenalkan dengan kami pada bro A2.

Setelah selesai kami kembali mengobrol di saung dengan bro I. Sebelumnya saat melihat ke dalam mayor office, aku melihat ada SF Iq disana. Dengan senyumannya yang biasa itu. Hanya melihat sekilas. Tidak lebih.

Saat pertengahan kami mengobrol lagi tentang NA dengan bro I, SF Iq datang dan berkata "dari awal gua belum tau ini nama2 nya siapa". Hahaha.... rasanya hari ini pengenalan nama jadi topik utama. Setelah berkenalan nama satu persatu, tiba-tiba saja SF Iq di bagianku bertanya usianya berapa. Sempat berpikir sekilas, "jangan-jangan muka ku udah benar-benar terlihat tua". Saat dia tahu usiaku, dia bilang "wah seumuran berarti". Lalu dalam hatiku tetap berkata "ini beneran dikira tua ya?". :") lalu dia bilang lagi kapan ulang tahunnya. Dan waktu aku bilang juli, dia bilang "iya nih siapa tau mau kasih kado" hahaha... dasar! Intinya selama pembicaraan tadi dia nimbrung aja untuk mencairkan suasana.

Sepulang dari primary 1, sorenya hujan. Tapi kami tetap memutuskan bermain games di prumary 3. Kejadian kocak bin ajaib terjadi ketika kami lewat dan mendengar suara mereka yang sedang asik menonton televisi. Akhirnya kami melangkah pulang. Alasannya? Bukankah sudah jelas? Pertama hujan mengahalangi kami. Kedua, suara mereka itu terdengar super asik. Kedatangan kami bisa mengganggu waktu santai mereka. Tapi, at the end ketika kita mengambil langkah mundur... tiba-tiba suara seseorang yang tetnyata si N memanggil kami. Rasa malunya itu seperti habis nyolong pisang di kebun orang tapi ternyata orang yang punya kebun ada di bawah pohon itu. Malu total. Akhirnya kita melangkah kembali ke asrama untuk melakukan games. Menyenangkan meskipun pada salah satu games agak garing. Tapi di games terakir lebih menyenangkan. Bahkan sampai lupa waktu untuk wash up dan menyiapkan buka. Kasihan mereka. Waktunya kita kejar-kejar. Tapi... dengan games tadi sedikit banyak aku bisa tahu tentang mereka.

Anw, agak BT dengan kelakuan D dan orang-orang di sana tadi yang meledek kami berdua. Jujur saja... aku ga suka. Serius. Bukan hanya karena aku malu. Tapi perilaku yang seperri jnj membuat aku ga nyaman.

Malamnya, seperti biasa kami ikut di grup primary 1. Hari ini discussion grup. Seru. Pakai banget. Hahhaa... beneran seseru ini melihat debat mereka. Seperti biasa, SF Iq selalu senyum.hasi ini aku ada persis di sebelahnya. Lalu... dia salah conduct. Antara grogi atau beneran ga fokus. Dia juga sempat bilang ke aku "jangan serius-serius amat. Tegang banget mukanya". Hahaha.... Malu tapi lucu.

tapi ada hal yang agak bikin kecewa. Sebentar. Bukan kecewa. Mungkin ada kata yang lebih tepat tapi aku ga bisa mengelaborasi perasaan apa ini. Aku rasa aku terlalu terbawa suasana disini. Ceritanya tadi bro I minta nama lengkap dan nomor kami. Katanya sih delegasi dari bro R. Tapi biasalah SF Iq dan bro lainnya meledek itu modus. Eh... nyatanya beneran modus. Selepas dari asrama, F dapet notif kalau fb nya di add sama bro I. Plus dapet sms pula dari 2 orang yang entah siapa tapi udah jelas bro-bro itu pastinya. Agak.... entahlah apa perasaan ini. Waktu dia dapet sms dan hanya dia. Langsung terpikir, jangan-jangan SF Iq. Agak sedikit ga terima. Bahkan sempet mikir kenapa aku selalu dapat yang ga aku mau dan ga pernah dapat yang aku benar-benar suka. Bercandaan anak-anak tentang aku dan D di prumary 3 dan aku dengan N seperti yang juga diejek SF Iq membuat aku merasa ga nyaman.Lagian sih SF Iq kenapa pakai ikut-ikutan sih. Ah...aku rasa aku benar-benar terhasut dengan sentumannya. Mungkin senyumannya selama ini bukan buat aku. Apa sih... sudahlah... selamat malam.

Day 14 - Kamis, 17 Juli 2014
Yah sudahlah. Apa mau dikata. Hahaha... ga ada yang jauh lebih baik ketika tau ternyata di fb di add juga tapi hp tetap konsisten ga berdering. Eh malah nambah satu lagi si N di sms. Si F malah jadi banyak yg sms. Salah satunya bisa jadi SF Iq. *guling-guling*

Pagi ini ga ikut morning briefing. Alasannya? Yah mau ngobrol aja dengan bro R. Eh tiba-tiba... bro B lari dengan pandangan dan muka yang kusut. Waktu di tanya oleh bro R kenapa... bro B hanya bilang "si U*** bro" (nama salah satu residen disebut) pikiranku langsung menuju ke satu hal... tidak lain dan tidak bukan. SPLIT! Yah benar saja. Tertangkaplah si U*** oleh bapak satpam yang ramah dan baik hati. Sampailah mereka kembali disini. Kasihan si U***.

Ada satu hal yang diceritakan bro R tentang salah satu residen. Sebut saja si MR. Sayangnya aku benar-benar tidak bisa menceritakannya disini. Dimanapun. Juga tentang obrolan Si F yang dekat dengan bro I. Sebab di antara obrolan mereka terselip masalah-masalah pribadi. Setidaknya aku bersyukur tidak ada di posisi si F. Kalau aku yang ada di posisinya aku mungkin akan sulit menempatkan diriku disini. Jadi akan jauh lebih baik jika aku tetap begini. Biar saja lah tidak ada yang mendekati. Aku aman melalui jalan ku sendiri. Jalan yang telah ditakdirkan oleh Allah. Jalan yang terbaik dan yang selalu tepat untukku.

Selepas hari, sorenya si F mendapat sms dari bro I yang mengajak kami berbuka puasa. Kami menolak dengan alasan primary 3 sudah lebih dulu mengajak kami berbuka puasa bersama dengan mereka. Lalu pada akhirnya kami tidak buka puasa bersama siapapun. Hahaha... habisnya waktu kami datang di primary 3 tidak ada yang membukakan pintu. Pintar-pintarnya kami mencari alasan untuk akhirnya memuruskan berjalan kembali ke wisma. Hahaha.... di antara kami, aku yanh paling merasa lega karena kami tidak buka puasa brsama di primary 3. Kenapa? Jelas saja lah karena adanya keberadaan si D. Pasalnya bukan cuma dia yang membuatku terganggu, tapi juga anak-anak di sana termasuk teman-temanku. Tidak ada yang beres.

Malam hari datang dan jreng... hanya tinggal tersisa aku dan BNP yang solat traweh di masjid. Aku sudah tidak ingin membahas hal ini lebih dalam. Satu hal yang harus diingat dan dicatat, sekeluarnya kami daru masjid ridak ada suara-suara mengganggu yang muncul di depan mushola ketuka kami berdua keluar. Hahaha....

Segera kami menuju primary 1. Malam ini encounter group. Berharap akan jauh lebih seru dibandingkan minggu sebelumnya. Posisi duduk sudah di luar circle tapi tetap saja tidak seru. Tidak ada pengaruhnya sama sekali bahka mereka suaranya semakin kecil saja. Ah memang dasar mereka tidak bertenaga.

Saat di saung, SF Iq mengelus-elus kelinci yang selalu muncul tiba-tiba di primary 1 itu. Kelinci yang sepertinya terlalu gemuk. Hahaha... saat SF Iq mengelus kelincinya, ia berkata "kelinci tuh ga punya ekor ya?" Spontan aku langsung tertawa. Masih menahan tawa karena suaraku yang makin hilang karena batuk. Dia tanya "kenapa ketawa?" Aku hanya geleng-geleng dan bilang "ga apa-apa SF" sambil menahan tawa. Dia itu membedakan antara huntut dan ekor padahal buntut dan ekor itu kan sama. Entah apa yang sedang ada di pikiran SF Iq saat itu. Yang pasti di tengah-tengah dia sempat berkata lagi "oh punya dia ekor. Nih ada." -,- ah dasar SF bocah.

Sedikit pelajaranku ketika yaah... sedikit observasi plus minus nguping pembicaraan para SF dan back up malam itu. Mereka kentara sekali abuse nya. Bahaya juga kalau tanpa bro R. Waktu si U*** kabur saja bro R wanti-wanti bro B dan semuanya di sana "no physical contact". Hmm... kalau ga diperlakukan seperti itu sama bro R, dengan tampang bro B yang helas sekali terlihat marahnya bisa-bisa si U***habis. Apa lagi bro B mengajak U***bicara di balik asrama. Lebih menyeramkan bukan?

Malam ini berlalu dengan curhatan antara aku dan si F di kamar. Plus berlalu seiring suaraki yang semakin memudar. :")
Fin.

Day 15 - Jumat, 18 Juli 2014
Semakin dekat dengan hari berakhirnya kami di sini. Bahkan ini bisa jadi minggu terakhir bagi AA dan BNP disini. Karena minggu depan ia hanya setengah hari dan tidak lagi ikut hingga malam. Hanya aku dan si F yang sepertinya dia juga sudah mulai ragu untuk ikut grup malam. Agak menyayangkan sekali. Kenapa ya mereka berdua ga bisa berubah pikiran. Apa aku yang mudah melunak atau mereka yang memang sulit menyesuaikan diri disini? Padahal... bukankan semakin hari di sini semakin menyenangkan? Tapi mereka masib saja tidak berani menyapa duluan dan jalan di paling depan untuk masuk ke asrama. Bahkan ke primary 1 yang Orang-orangnya juga semakin sudah bisa dekat dengan kami. Ah atau mungkin karwna kelakuan bro2 disini yang makin menjadi malah jadi bikin mereka takut... padahal sayang sekali loh. Kenapa sih mereka hanya mau memenuhi jam minimum magang kami. Hanya sekadar memenuhi kewajiban saja padahal disini kami diajarkan unrik tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban tapi juga menjaga hubungan dan mengatur awareness kita. Bukankan 20 hari itu sudah menjadi hari yang singkat?

Seperti biasa paginya kami mengikuti morning briefing. Hari ini Chief nampak lebih galak dibanding hari-hari sebelumnya. Pasti semalam baru dapat konsekuensi karena kelakuan anak-anaknya di rumah yang ga ada yang pernah beres. Morning briefing di mulai dengan conduct dari bro Rsk. Ah kurang mengena dan kurang seru.

Setelahnya kami melihat bro R di ruang mayor office. 3 orang temanku main nyelonong aja. Ih mereka masih belum terbiasa ya dengan bro R. Mereka bukannya sudah tau kalau apapun harus dikomunikasikan. Ungat lah slogan mereka "always communicate" masa begini saja ga mau communicate. Yaah... aku akui kalau bro R udah bicara pasti panjang dan ga akan pernah berhenti sampai adzan. Tapi... ah ayolah. Akhirnya mungkin bro R menyadari keberhentian kami di depan ruangannya. Ia keluar dan meninggalkan bro b di dalam ruangannya. Dia mengajak kami mengobrol di saung seperti biasa. Dan... ya sudah kami cerita ini itu. Jahatnya si temanku yang bertiga ini malah bilang "ayo duluan ci sebagai orang yang pertama mengajak". Oh my.... sebegitu cueknya kah mereka dengan keadaan ini. Kenapa sih? Toh buktinya saat cerita mereka sesantai itu dan kita selalu mendapatkan ilmu baru bukan? Hmmpf... ga ngerti deh apa lagi yang ada di pikiran mereka. Yang pasti aku sih seneng dan senyaman inI cerita sama bro r. Bahkan kami udah tukeran pin BBM. semoga silaturahmi kami terus berjalan. Aamiin.

Thursday, 22 May 2014

Aku Anak tapi Bukan Anak-anak



Karena tidak tahu harus bercerita dimana dan dengan siapa lagi, aku berakhir di sini. Di blog ini. Biasanya mungkin aku sudah meraung-raung melalui timeline LINE atau twitter mungkin. Ah... atau mungkin facebook. Tapi, sayangnya terlalu banyak orang di sana. Apalagi ada kakak ku yang senantiasa memantau isi timelineku. Bukan menjadi masalah jika dia hanya memantaunya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika ia menyampaikan isinya kepada ibu. Apalagi kalau sudah menduga bahwa timeline ku ada hubungannya dengan orang rumah.
Saat aku sedang update status atau menulis apapun di timeline, jujur saja aku hanya ingin diketahui. Hanya ingin menyampaikan pendapatku saja tanpa perlu dikomentari orang lain. Kalau perlu, abaikan saja timelineku. Kalau kau tahu itu tentang apa, abaikan saja. Tidak perlu juga kau umbar dengan orang lain. Ini lingkup privasi ku. Bisakah kau tidak mengganggunya?

Baiklah. Mulai dengan pembahasan apa yang mau aku ceritakan. Akhir-akhir ini aku sedang dipusingkan dengan MAGANG! Ah...istilah yang mungkin jadi bahan pembicaraan di semester ini oleh para mahasiswa. Awal cerita bermulai ketika ibu mengajukan dirinya untuk membantuku mencari tempat magang. Ia berkata ia sudah menanyakan kepada beberapa temannya mengenai perusahaan. Tapi sepertinya masih tidak jelas bagaimana kelanjutannya. Apakah benar ditanyakan atau apakah benar aku akan dimudahkan?

Menanti tiada kabar. Setelah beberapa lama aku tidak mendapat kabar, aku menanyakan terkait kenalan ibuku yang ada di lingkup rumah sakit. Aku berniat ingin magang di pusat rehabilitasi narkoba. Karenanya aku menanyakan hal itu pada ibu karena ia kemungkinan memiliki kenalan. Benar saja, setelah melalui proses panjang bertanya-tanya tentang magang di sana, akhirnya ibu mendapat info mengenai magang di sana. Bahkan ibu kian memberikan informasi seolah memudahkan dan menyetujui jalanku.

Setelah mendapat akses itu aku segera meminta surat keterangan dari kampus sebagai pengantar magang. Sungguh sayang oh sayang. Surat di kampus lama sekali keluarnya. Sesulit inikah sistem birokrasi di kampus?

Masalah datang. Hari itu sabtu malam saat dalam keadaan lelah yang memuncak aku sampai di rumah. belum sempat mengatur napas dengan baik, aku sudah di ajak bicara serius mengenai tempat magang. Jreng...tiba-tiba saja ibu membahas mengenai ketidak setujuannya akan tempat magang yang ku tuju. Permasalahannya masih serupa dengan kasus lainnya yang serupa terjadi padaku. Ibu mengatakan bahwa daerahnya jauh dan ia berkata bahwa aku tidak perlu ikut-ikutan teman saat memilih tempat magang, Ia bilang orang lain mungkin sudah mandiri dan bisa menjalani segalanya sendiri termasuk pulang dan pergi kantor dengan kendaraan umum. Sedang aku katanya tidak bisa apa-apa.

Rasanya sakit hati. Aku begini bukankah karenanya juga? Ingatkah bagaimana ia membuntuti saya bersama ayah dari belakang mobil angkutan kota tempat aku dan teman. Saat itu aku malu. Aku benar-benar diperlakukan seperti anak-anak yang jelas tidak bisa apa-apa. Sejak dulu hanya doktrin negatif yang muncul di pikiranku terkait dunia luar. Dunia luar itu berbahaya dan blablabla...
Hanya ketakutan yang sesungguhnya tidak terbukti apapun. Menyebalkannya hal ini terbawa hingga aku dewasa seperti sekarang ini. persis dengannya. Aku mengembangkan ketakutan yang kosong itu. aku tidak berani menaiki angkutan umum karena tiap kali aku menaikinya ibu selalu berkomentar ini itu, tidak juga berani pergi kesana dan kemari sendirian. Aku tidak bisa pulang malam karena baru maghrib saja ponselku sudah ramai karena suruhan untuk segera pulang.

Setelah masalah itu selesai, datang masalah baru yang sungguh menyebalkan. Aku sampai bingung mau cerita apa lagi sebab ada banyak yang sesungguhnya ingin aku sampaikan tapi sangat sulit dituliskan. Intinya malam ini aku kembali dibentak olehnya. Nada suara yang tinggi itu membuat aku semakin segan. Aku semakin menyesal meminta bantuannya. Kalau tahu aka begini aku tidak meminta bantuannya. Sungguh aku menyesal. Menyesal meminta bantuan pada orangtuaku sendiri.

Monday, 21 April 2014

"Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin" (ODR_2014 via LINE)

“Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin”

Kata-kata itu ia ucapkan saat kami berdua sedang mengobrol dan sedikit bernostalgia dengan masa lalu. Masa awal saat kami masuk kuliah dan saling mengenal satu sama lain hanya melalui Facebook. Saat  itu, di kampus belum banyak orang yang aku kenal. Aku sedikit lupa bagaimana awal mula kami saling kenal. Yang pasti aku bukan yang pertama kalinya mendekati mereka. Saat itu sepertinya jika tidak salah ingat RDU yang pertama kali memperkenalkan aku dengan mereka. NNS, MHIH, dan ODR. Kami berasal dari fakultas yang berbeda-beda. Kedokteran, Sastra, Teknik, Ekonomi dan aku Psikologi. Lalu kami dipersatukan dalam satu kelompok orientasi mahasiswa baru di kampus. Kami sering mengobrol melalui Facebook dan bahkan membuat grup sendiri. BICHIKAVIZY. Singkatan dari nama-nama kami. Saat itu WhatsApp masih belum tenar mungkin di kalangan kami. Jadi kami hanya berkomunikasi secara online via Facebook. Setiap malam ada saja hal yang kami obrolkan. Dari hal yang penting terkait tugas, sampai hal yang sangat tidak penting dan seringkali menyampah di grup angkatan. Hahaha... masa lalu yang cukup menyenangkan.

Sudah lama aku kehilangan kontak dengan mereka sampai akhirnya NNS menghubungiku via LINE. Kami sedikit bernostalgia tentang masa lalu. Lalu berniat ingin kembali menghubungi teman-teman lama. Sayangnya aku tidak memiliki kontak ODR. Sejak HP nya hilang aku jadi tidak lagi memiliki kontaknya. Akhirnya aku memutuskan mengirimkannya message via Facebook. Saat itu aku sedikit berpikiran bahwa ia mungkin tidak akan membalasnya. Buat apa, pikirku. Kami hanya mengenal sesaat saja. Tidak terlalu penting. Apalagi saat itu NNS yang sempat menjadi kekasih MHIH sudah putus. Hubungan kami pun pasti jadi lebih canggung. Saat aku berjumpa dengan MHIH secara kebetulan saja, ia terlihat cuek dan acuh denganku. Padahal dulu kami sangat akrab. Mungkin perasaanku saja yang terlalu sensitif.

Sesaat kemudian setelah message itu terkirim, dengan mengagetkannya ODR langsung membalas pesanku. Ia menanyakan kabar dan memberikan nomor ponselnya padaku. Jadilah kami mengobrol via LINE. Bukan hanya itu, kami juga berusaha merencanakan untuk kembali berjumpa sekadar melepas rindu. 

Aku jadi ingat masa pertama aku bertemu dengan ODR. Kami berdua yang paling belakangan bertemu secara langsung. Alias kopi darat. Yang lainnya sudah saling berjumpa satu sama lain. Aku pun juga dengan NNS dan MHIH (RDU adalah teman SMA ku). Jadi hanya dengan ODR lah aku paling sulit bertemu. Lucunya, saat itu aku ingat sekali kami janjian bertemu pagi hari saat ESQ. Namun sayangnya aku datang pagi dan ODR datang sedikit siang jadi kami tidak bertemu. Saat pulangnya, aku mengiriminya pesan tapi ternyata dengan kilatnya ODR sudah pulang ke kostan. Keesokannya lagi kami berjanji harus bertemu. Wajib! Kali ini kami tidak berjanji di pagi hari mengingat ODR sangat sulit sekali bangun pagi. Kami berjanji akan bertemu saat pulang. Sayangnya... ODR belum keluar tapi aku sudah harus pulang karena sudah di tunggu ayah. Menyebalkan. Sampai hampir selesai masa orientasi kampus kami belum juga bertemu. Sampai tiba suatu hari saat selesai berbaris di lapangan, aku benar-benar ingin bertemu dengan ODR. Seperti orang bodoh saja. Kami sudah secara online dekat dan mengerjakan tugas bersama. Tapi sampai hampir selesai pun kami belum bertemu sama sekali. Saat itu fakultasku sudah selesai lebih awal dari fakultasnya. Mau tidak mau aku harus menunggunya hingga selesai baris-berbaris. Akhirnya... saat itu kami bertemu. Canggung. Itu kata pertama yang aku pikirkan saat kami bertemu. Saat tangan kami berjabatan dan berkata “oh ini XXX (namaku disebut)” rasanya seperti orang asing. Sangat canggung. NNS, RDU, dan MHIH tertawa melihat kami berdua yang begitu canggung. Seperti pasangan romeo dan juliet yang lama terpisah kalau kata NNS dan RDU. Hahaha... memang aneh saat itu.
Aku juga ingat saat ODR telat bangun padahal hari itu adalah hari puncak aktivitas orientasi kampus kami. Untung aku menelepon dia. Saat itu dia berkata “untung lu nelepon. Gue baru bangun” hahaha... yaampun ODR. Apa tidak bisa kamu tidak telat? Saat itu aku menyuruhnya untuk tidak perlu mandi yang penting cepat berangkat daripada kena hukuman.

Ah iya... dulu aku memanggilnya “bocil” hahaha. Mengingat dia yang paling muda di antara kami.

Saat kami kembali saling menghubungi, ternyata di luar dari apa yang aku bayangkan. ODR sangat hangat membalas pesanku. Kami mengobrol tentang UTS. Tidak terlalub banyak yang kami obrolkan. Hanya saja dia menanyakan apakah ada rencana kumpul atau tidak. Ia juga dengan baik hatinya berkata “bisa di atur aja XXX pasti bisa lah ya kumpul” melihat pesan itu rasanya sangat senang. Dia masih menghargai persahabatan kami yang mungkin terbilang hanya sesaat itu. Meskipun dulu sempat terucap janji kami “pokoknya grup ini harus tetap eksis meskipun udah kuliah ya” tapi akhirnya itu hanya menjadi kalimat yang terucap saja. Makanya aku pikir ODR tidak akan sehangat itu menjawab semua pesanku. Ternyata ia masih mau menjawabnya. Senangnya. Apalagi saat terakhir ia berkata

“Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin”
 
Rasanya mendengar kata-kata itu dari teman (terutama pria) sangat menyentuh sekali. Mengingat biasanya hanya wanita yang cenderung menghargai hubungan akrab dengan temannya. Ah... lagi-lagi stereotipe yang tidak terbukti.

Terimakasih ODR telah sempat menjadi temanku. Kata-kata itu cukup untuk membuktikan bahwa meski waktu yang ada hanya sesaat untuk menjalin persahabatan ternyata persahabatan ini masih tidak terlupa dan masih sangat dihargai olehmu. 

Terimakasih juga NNS dan RDU. MHIH masih belum menjawab apa-apa selama kami chat. Jadi... aku rasa terimakasihnya di tunda dulu. Hahaha...

Miss you guys.


_RedRose

Senangnya melihat IS lagi...

Sepertinya, IS sudah baik-baik saja. 
Aku lebih sering melihatnya di kampus sekarang. Meski tidak sebanyak saat semester sebelumnya tapi setidaknya ia lebih banyak terlihat dibandingkan dengan awal semester ini. Mungkin ibunya sudah jauh lebih sehat sekarang. Senangnya bisa melihat bahwa ia baik-baik saja.