Karena tidak tahu harus bercerita
dimana dan dengan siapa lagi, aku berakhir di sini. Di blog ini. Biasanya
mungkin aku sudah meraung-raung melalui timeline LINE atau twitter mungkin.
Ah... atau mungkin facebook. Tapi, sayangnya terlalu banyak orang di sana. Apalagi
ada kakak ku yang senantiasa memantau isi timelineku. Bukan menjadi masalah
jika dia hanya memantaunya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika ia
menyampaikan isinya kepada ibu. Apalagi kalau sudah menduga bahwa timeline ku
ada hubungannya dengan orang rumah.
Saat aku sedang update status atau
menulis apapun di timeline, jujur saja aku hanya ingin diketahui. Hanya ingin
menyampaikan pendapatku saja tanpa perlu dikomentari orang lain. Kalau perlu,
abaikan saja timelineku. Kalau kau tahu itu tentang apa, abaikan saja. Tidak perlu
juga kau umbar dengan orang lain. Ini lingkup privasi ku. Bisakah kau tidak
mengganggunya?
Baiklah. Mulai dengan pembahasan
apa yang mau aku ceritakan. Akhir-akhir ini aku sedang dipusingkan dengan
MAGANG! Ah...istilah yang mungkin jadi bahan pembicaraan di semester ini oleh
para mahasiswa. Awal cerita bermulai ketika ibu mengajukan dirinya untuk
membantuku mencari tempat magang. Ia berkata ia sudah menanyakan kepada
beberapa temannya mengenai perusahaan. Tapi sepertinya masih tidak jelas
bagaimana kelanjutannya. Apakah benar ditanyakan atau apakah benar aku akan dimudahkan?
Menanti tiada kabar. Setelah beberapa
lama aku tidak mendapat kabar, aku menanyakan terkait kenalan ibuku yang ada di
lingkup rumah sakit. Aku berniat ingin magang di pusat rehabilitasi narkoba.
Karenanya aku menanyakan hal itu pada ibu karena ia kemungkinan memiliki
kenalan. Benar saja, setelah melalui proses panjang bertanya-tanya tentang
magang di sana, akhirnya ibu mendapat info mengenai magang di sana. Bahkan ibu
kian memberikan informasi seolah memudahkan dan menyetujui jalanku.
Setelah mendapat akses itu aku
segera meminta surat keterangan dari kampus sebagai pengantar magang. Sungguh
sayang oh sayang. Surat di kampus lama sekali keluarnya. Sesulit inikah sistem
birokrasi di kampus?
Masalah datang. Hari itu sabtu
malam saat dalam keadaan lelah yang memuncak aku sampai di rumah. belum sempat
mengatur napas dengan baik, aku sudah di ajak bicara serius mengenai tempat
magang. Jreng...tiba-tiba saja ibu membahas mengenai ketidak setujuannya akan
tempat magang yang ku tuju. Permasalahannya masih serupa dengan kasus lainnya
yang serupa terjadi padaku. Ibu mengatakan bahwa daerahnya jauh dan ia berkata
bahwa aku tidak perlu ikut-ikutan teman saat memilih tempat magang, Ia bilang
orang lain mungkin sudah mandiri dan bisa menjalani segalanya sendiri termasuk
pulang dan pergi kantor dengan kendaraan umum. Sedang aku katanya tidak bisa
apa-apa.
Rasanya sakit hati. Aku begini
bukankah karenanya juga? Ingatkah bagaimana ia membuntuti saya bersama ayah
dari belakang mobil angkutan kota tempat aku dan teman. Saat itu aku malu. Aku benar-benar
diperlakukan seperti anak-anak yang jelas tidak bisa apa-apa. Sejak dulu hanya
doktrin negatif yang muncul di pikiranku terkait dunia luar. Dunia luar itu
berbahaya dan blablabla...
Hanya ketakutan yang sesungguhnya
tidak terbukti apapun. Menyebalkannya hal ini terbawa hingga aku dewasa seperti
sekarang ini. persis dengannya. Aku mengembangkan ketakutan yang kosong itu.
aku tidak berani menaiki angkutan umum karena tiap kali aku menaikinya ibu
selalu berkomentar ini itu, tidak juga berani pergi kesana dan kemari
sendirian. Aku tidak bisa pulang malam karena baru maghrib saja ponselku sudah
ramai karena suruhan untuk segera pulang.
Setelah masalah itu selesai,
datang masalah baru yang sungguh menyebalkan. Aku sampai bingung mau cerita apa
lagi sebab ada banyak yang sesungguhnya ingin aku sampaikan tapi sangat sulit
dituliskan. Intinya malam ini aku kembali dibentak olehnya. Nada suara yang
tinggi itu membuat aku semakin segan. Aku semakin menyesal meminta bantuannya. Kalau
tahu aka begini aku tidak meminta bantuannya. Sungguh aku menyesal. Menyesal meminta
bantuan pada orangtuaku sendiri.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...