Wednesday 9 June 2010

That Day

7 June 2010

7 Juni kemarin banyak hal yang terjadi padaku. Segala sesuatunya sangat sulit diprediksikan dan sulit diterka. Tak mudah rasanya melalui hari kemarin, meski banyak kebahagiaan yang datang, namun rasa kesal dan kebencian juga kekecewaan juga ada di hari kemarin.

Kemarin semuanya berawal dari perpustakaan…

Pagi itu aku datang telat tak seperti biasanya, karena hari itu hanya ada jadwal remedial sesudah ujin sekolah berlangsung minggu lalu. Untungnya hari kemarin aku tidak ada yang diremed kan. Makanya aku memilih untuk datang siang. Selain itu aku dan ayah masih bertengkar karena peristiwa lalu. Peristiwa yang sebenarnya tak ingin aku ingat-ingat lagi. Saat itu kami bertengkar karena kebohongan darinya yang tak aku suka. Hari itu aku sedang mengedit film tugas sekolah, saat itu aku pikir akan berjalan dengan lancer dan cepat ternyata diluar dugaan. Sulit juga kalau aku harus menetapkan waktu aku harus pulang. Meski aku tahu aku tergantung pada ayah, karena aku tidak mungkin pulang sendiri. Aku bilang padanya aku akan pulang jam 5 sore. Sesaat sebelumnya aku juga kesal karena ayah bilang pada ibu kalau dia telah menawarkan aku mengisi saldo, padahal dia berbohong. Saat itu ibu kesal denganku dan aku merasa aku sudah tidak bisa apa-apa. Entah kenapa aku selalu merasa ibu selalu percaya kepada ayah. Bahkan disbanding dengan kakakku, ibu lebih percaya kepada ayah disbanding kakak. Setelah itu dia menjemputku, dan aku lama keluar dari rumah temanku sedangkan dia di luar menungguku. Dia mengejar waktu untuk bisa beribadah di masjid. Aku heran kenapa harus selalu sholat di masjid. Aku bukan bermaksud melarang sholat di masjid, tapi kalau memang tidak bisa mengalahlah. Apa salahnya tidak sholat di masjid, karena bukankah sholat di rumah juga bisa? Makanya karena dia mengejar waktu, dia melajukan motor dengan kencang. Dia kebut-kebutan dan yang tahu rasanya seram kebut-kebutan hanya aku. Aku sudah tak tahan karena selalu saja begitu, selalu saja dia kebut-kebutan demi mengejar sholat di masjid. Entahlah… aku tak mau urusi hal itu lagi. Makanya aku pulang dengan wajah yang ditekuk dan wajah muram. Lalu ibu memarahiku karena aku dikiranya orang yang mudah marah. Menyebalkan, aku lagi yang di salahkan. Makanya aku bilang hal yang sebenarnya pada ibu. Tapi ayah… ayah tidak mengakui hal itu, dia malah bilang…

“masa omongan anak kayak gitu aja dipercaya. Dia tuh seneng kalau saya dimarahi situ!”

Saat itu aku langsung kesal karena seolah semuanya adalah salahku. Aku diam, aku memilih untuk diam tanpa ada suara apapun yang aku keluarkan. Hari itu hanya bisa penuh dengan airmata ran rasa kesal. Aku sangat benci dengan dia, makanya sampai sekarang aku masih membencinya dan tetap untuk memilih diam. Aku hanya bicara jika perlu. Aku bosan dengan semua kebohongan dan kepura-puraannya. Karena dia sering bohong sepertinya itu menurun padaku. Makanya setiap aku berbohong jarang sekali ada orang yang tahu, makanya aku lebih mudah untuk berpura-pura dan merebut hati siapa saja. Jangan pikir dia saja yang jago, aku lebih bisa memanfaatkan suasana dengan baik.

Kembali ke 7 Juni. Karena aku tak ada jadwal remedial, aku memilih untuk diam di perpustakaan setelah mengajak FHN ke perpustakaan tapi dia tak mau, akhirnya aku pergi dengan NAK. Aku mengobrol dengannya di perpustakaan, sesaat setelah itu FHN datang, dan dia datang dengan ALH. Kenal kan akan ALH alias A***i. orang yang saat itu pernah melukaiku tentang persahabatan 2 November 2009 lalu. Aku hanya sekedar mengingatkan saja akan hal itu. Kami mengobrol tentang remedial penjaskes, tiba-tiba dia mengajukan pertanyaan kepadaku,

“Lo remed ga?”

Saat itu aku hanya terdiam dan terpaku dan sulit untuk berbicara apa-apa. Akhirnya aku menjawabnya dengan kata yang terputus-putus,

“i… iya…” jawabku. Dan saat itu dia tak menanggapi apa-apa lagi. Sesudah itu aku mengajak pindah meja karena kita satu meja dengan guru geografi kami, kami agak tidak enak karena takut mengganggunya. Makanya aku mengajak semuanya pindah. Ternyata ALH juga ikut pindah dan mengobrol dengan santai kepadaku. Sesaat kemudian VNR atau V**o datang mengajak ALH pergi, saat itu dia mengajak untuk melihat nilai penjas dan menanyakannya kepada guru olahraga. Saat itu VNR bikang takut, lalu ALH bilang kalau aku sudah melihat nilainya ke guru olah raga. Makanya aku bilang,

“datan aja ke ruang guru, bilang aja mau lihat nilai. Nilainya udah di taruh di meja kok, tinggal liat aja. Gurunya juga lagi main laptop.”

VNR tidak menjawab apa-apa. Sepertinya dia kaget aku bicara kepada dia. Mereka berduapun pergi. Sesudah itu teman-temanku yang tahu masalah aku dengan mereka menanyaiku dan kaget karena aku mengobrol dengannya. Jangankan mereka, saat itu aku erasa seperti minpi. Karena di setiap mimpiku selalu mereka yang menegur aku duluan, terutama ALH. Aku sampai mencubit tangan kiriku sendiri karena aku tak percaya akan hal yang baru saja aku alami tadi. Seolah semuanya berjalan dengan cepat dan tak bisa kku duga. Aku pikir aku dan dia hanya diam dalam 1 meja itu. Aku jadi salah tingkah seperti bertemu mantan kekasih saja.

Sesudah itu aku mengajak DIS untuk pulang bareng dan aku berniat untuk main di rumahnya karena aku malas pulang dan bertemu dengan ayah. Makanya aku berencana untuk pulang malam saja dan main di rumahnya. Aku pikir aku akan hanya pulang dengan dia saja, tapi ternyata aku pulang dengan ALH, INH dan VNR. Kalau aku hanya dengan INH aku masih biasa saja, tapi ternyata aku dengan 2 orang lainnya itu. VNR duduk di sebelahku saat di angkutan umum. Aku tak menyangka, jantungku berdegup dan membuat aku tertahan untuk berbicara. Aku berpikir apa yang harus aku bicarakan, apa yang harus aku lakukan, bagaimana seharusnya sikapku kepada mereka. Tapi ternyata semuanya berjalan seolah tak pernah ada apa-apa. Aku mengobrol dengan lancer dengan mereka berdua. Aku tak menyangka hari ini semuanya kembali seperti biasanya. Semuanya kembali seperti semula.

Semuanya berjalan dengan baik hari itu, aku bermain di rumah DIS sampai sore. Sampai akhirnya sampai rumah aku dapat kabar buruk. Ibu ditipu orang, ya… dia ditipu. Dia di telephone orang yang mengaku anaknya pakdeku, masalahnya orang yang menelpon itu tahu nama pakdeku dan dia menggunakan nama I****n, nama pacar sepupuku. Semua penipuan itu berjalan dengan mulus, dan semuanya berada di jalur yang tepat. Aku sangat membenci orang itu. Ibu sampai kehilangan uang Rp. 150.000,- karena penipuan itu, untungnya ibu tidak apa-apa. Nomor itu ku coba hubungi tapi tak bisa. Ibu kembali meneteskan air mata, kembali menangis. Hilang sudah senyumannya yang selama ini aku coba rajut dengan nilai-nilai hasil ujianku yang bagus-bagus. Sekarang airmatanya kembali menetes. Sial, orang itu telah menghancurkan perjuanganku. Terlebih ibu sampai tak bisa tidur. Masalahnya uang itu adalah rejeki yang baru ibu dapat. Ibu juga masih punya hutang banyak di koperasi kantor. Kasihan ibu, dia tak punya tempat bersandar. Aku hanya bisa jadi pendengar ketika ibu sedang membicarakan hal yang terjadi hari itu. Ibu merasa begitu sedih, dia bilang

“kenapa harus ibu yang kena sih? Kenapa bukan orang kaya yang punya banyak uang? Kenapa bukan orang lain yang lebih punya banyak dari pada ibu. Susah-susah cari uang setengah mati tapi kok bisa-bisanya ditipu orang. Padahal kalau orang ada yang butuh juga ibu selalu bantu, ibu gak pernah nolak kalau ibu bisa bantu mah. Ya Allah, apa sebenarnya cobaan ini ya Allah?”

Aku hanya bisa meneteskan airmata ketika mendengar pernyataannya. Tuhan, apa rencanamu di balik semua ini? Aku tak pernah tahu apa yang akan kau rencanakan, aku tak mernah mengerti apa tujuanmu. Semoga ada kebaikan di balik semua ini.

Aku juga hari ini mendapat sms dari Mr. B dan mengobrol dengannya lewat sms meski kita mengobrol untuk urusan kerjaan. Rindu juga dengan Mr. B.

Entah hari itu jadi hari bahagia atau tidak. Semuanya sulit aku terka.

8 June 2010

Hari ini ibu tidak masuk kantor, sepertinya masih syok dengan kejadian kemarin. Kasihan ibu. Ternyata pagi tadi ibu bisa menelepon nomor penipu kemarin, saat di angkat… orangnya hanya tertawa-tertawa saja. Sial, masih bisa tertawa lagi!

Orang itu mengancam akan membunuh, meski tak mungkin dan tahu itu hanya gertak sambal saja, aku sedikit khawati dengan ibu. Orang itu… tak akan pernah aku maafkan. Meski hanya seujung jarinya saja dia menyentuh ibu aku tak akan segan-segan mencarinya dan akan membuat idupnya tidak tenang. Aku tak akan membiarkan dia bernapas dengan tenang dan bisa hidup dengan baik.

Entah apa yang bisa ku lakukan, kalau sampai terjadi sesuatu dengan ibu, aku bersumpah akan membuat orang itu tak bisa merasakan kebahagiaan. Aku akan menghantui hidupnya, hidupnya akan dipenuhi dengan kewaspadaan dan tak akan tenang dunia akhirat. Semoga saja Allah membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesattan dan bersenang-senang di dunia, untuk mendapat balasan nantinya di akhirat dan memasukkannya ke neraka jahanam selamanya.

Aku tak akan pernah membiarkanmu hidup dengan tenang… keluargamu dan semua yang kau miliki semoga akan hilang, sama seperti kau menghilangkan rizki orang lain.

Jangan lupa akan hal itu dan ingat namaku baik-baik.

_RedRose_

No comments:

Post a Comment

Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...