Kadang mereka yang tak dikenal, lebih jauh bisa diandalkan. Mungkin
ini kalimat yang paling cocok untuk menggambarkan berbagai kondisi yang terjadi
padaku belakangan ini. Entah mengapa satu persatu kebaikan datang justru dari
mereka yang tak secara dekat kita kenal. Mereka yang tidak punya ikatan apapun
dengan kita. Mereka yang sebenarnya tidak memiliki kewajiban sama sekali untuk
menolong kita malah lebih punya keinginan untuk menolong dibandingkan dengan
orang-orang terdekat. Mungkin ini berpengaruh dengan tipe kepribadian. Atau kecenderungan
perilaku menolong yang dimiliki orang tersebut. Tapi, diluar dari itu semua
menurutku pada dasarnya semua orang punya perilaku menolong bukan? Hanya saja
dengan kadar yang berbeda. Jika saja tingkat keinginan untuk menolong yang
dimiliki semua orang sama tingginya, aku rasa tidak akan ada kejahatan yang
merajalela bukan? Ku rasa begitu.
Aku ingin menceritakan mengenai berbagai kejadian manis juga
yang mengenaskan terjadi padaku belakangan ini. Dimulai dari kasus laptop yang
rusak entah mengapa. Katanya sih karena bad sector pada harddisk-nya jadi tidak
bisa terbaca. Kasus ini mulai saat tiba-tiba di hari Minggu malam saat aku menyalakan
laptop, layar laptop itu hanya terhenti pada gambar starting-up yang ada logo
windows-nya. Aku terkejut karenanya. Agak sedikit cemas atau bisa dikatakan
sangat cemas. Bagaimana bisa aku tidak cemas. Pertama, laporanku belum selesai.
Kedua, data skripsiku belum ada satupun yang aku back up. Ketiga, aku masih
sangat membutuhkan laptop ini untuk mengerjakan skripsi mengingat tidak ada
laptop cadangan di rumah yang nampak mumpuni untuk bisa dijadikan laptop yang
bisa untuk dibawa kemana-kemana. Keempat, laptop ini masih baik-baik saja dari
pagi hingga sore hari bagaimana bisa tiba-tiba tidak bisa menyala.
Aku berulangkali menyalakan dan mematikannya tapi tetap
hanya berhenti sampai sana. Bahkan masuk ke dalam safe mode saja tidak bisa. Kakaku
saat itu membantu tapi yah seperti biasa dengan muka masam. Nampaknya ia malas
membantuku karena takut disalahkan dengan keadaan tersebut. Hanya bisa terdiam
melihat dia mengutak-utik laptopku. Tak paham dengan hal itu dan juga tak mau
kesal dengan tampang kakakku yang masam.
Akhirnya aku iseng bertanya dengan beberapa teman. Siapa tahu
pernah mengalami kejadian itu. Pertama yang terpikirkan adalah grup SMA ku. Berisi
orang-orang lama yang pernah ku tulis di sini. Mereka yang pernah bertengkar
denganku tapi akhirnya kembali berbaikan dan berkumpul bersama tanpa pernah
mengungkit sebenarnya kejadian apa yang terjadi pada saat itu. Masalah berakhir
tanpa ada solusi yang pasti dan membuatku merasa tak punya lagi pilihan selain
diam dan merasa bahwa tidak ada masalah apa-apa di antara kita. Saat aku
bertanya dengan mereka, respon pertama nampak baik yaitu diminta masuk ke safe
mode. Saat aku mengatakan bahwa tidak bisa, salah seorang dari mereka langsung
mengatakan “yaudah bakar”. Iya sih maksudnya bercanda dan aku taku memang
karakter dia seperti itu orangnya tapi entah mengapa aku masih belum terbiasa
dengan hal itu. Setidaknya kalau tidak tahu bilang saja tidak tahu kenapa. Yah
sudahlah aku tidak memperpanjang obrolan yang malah akan membuatku merasa tidak
nyaman ini. Akhirnya aku memutuskan untuk beralih ke grup lain yang semoga bisa
mendapatkan bantuan yang aku butuhkan meski aku juga pesimis karena grup ini
adalah grupku semasa OKK dan jarang sekali mendapat balasan ini itu saat aku
masuk ke grup ini. Kami sangat berbeda dan aku rasa punya kesibukan
masing-masing pula. Apalagi kami sudah lama tidak berhubungan. Tapi yah namanya
harapan selalu muncul meski hanya sebesar ketombe.
Hal yang tak kusangka adalah… semua orang di grup ini
meresponku dengan baik. Pertama adalah MHIH yang menanyakan secara detil
kondisi laptopku sampai akhirnya muncul ODR. Aku lupa pernah menceritakan
mereka atau tidak di sini tapi nampaknya pernah. Mereka teman lama yang ku
kenal semasa awal perkuliahan. Teman satu perjuangan masa-masa orientasi di
kampus. ODR adalah mahasiswa teknik komputer sedangkan MHIH adalah mahasiswa
sastra indonesia. Keduanya pria dan aku rasa itu sebabnya mereka lebih merespon
masalah-masalah seperti ini dan bisa menanggapinya dengan baik. ODR langsung
menyarankan untuk menyelamatkan data terlebih dahulu sebelum diinstal ulang,
dia menawarkan bantuan untuk memback up data-dataku karena ia punya konektor
untuk HDD agar bisa dijadikan HDD eksternal untuk sementara. Hari itu adalah
Minggu 15 Maret 2015. Kami janji untuk bertemu di kampus hari Selasa karena
hari Senin aku harus mengambil data. Hal yang juga tidak mungkin ditinggalkan. Terharu?
Jelas. Sangat! Aku tak menyangka ia akan sebaik ini menawarkan bantuan yang sampai
paragraf ini masih nampak sederhana tapi kalau kalian baca lanjutannya pasti
menjadi hal yang menyentuh. Tak menyangka masih ada orang yang sebaik ini
padahal hubungan kami hanya sebentar saja. Aku masih ingat janji di awal masa
perkuliahan yang bilang bahwa grup kami tidak akan ada matinya sampai nanti. Katanya
ke-eksisan grup kami akan terjaga. Aku sempat meragukannya karena kami sempat
kehilangan kontak seiring berjalannya waktu. Tapi setelah anak-anak perempuan
dari grup ini berkumpul dan membuat grup di LINE, semua nampak berhubungan
kembali. Bahkan aku tak menyangka kalau ODR mengatakan “kabarin aja kalau mau
ngumpul. Gue pasti nyempetin”. Kata yang nampak tak disangka keluar dari
seorang pria hahaha. Ups maaf ini bukan diskriminasi gender.
Selasa 17 Maret 2015. Kami akhirnya bertemu. Aku, ODR dan
RDU. RDU juga ingin memperbaiki laptopnya. Kami janjian setelah dzuhur. Saat itu
ODR agak telat. Tidak heran sih. RDU yang tadinya menunggu denganku juga
tiba-tiba meninggalkanku sementara karena harus minta tanda tangan dosen. Akhirnya
aku menunggu sendiri di fakultas teknik. Aku benci kondisi yang asing tapi yah
apa daya. Menunggu sendirian juga nampak kaku. Tak lama aku melihat orang yang
mirip dengan ODR dari kejauhan sedang menengok ke arah kanan dan kiri seperti
mencari seseorang. Aku ragu itu dia. Terang saja, aku rasa pertemuan terakhir
kami sudah sangat lama. Lebih dari 1 tahun malah. Aku sering berharap bertemu
dengannya secara tak sengaja tapi nampaknya tidak pernah terkabul. Aku memanggilnya
pelan tapi ia berjalan dan tidak mendengar. Saat ia nampak akan meneleponku,
aku melihat ke arahnya dan melambaikan tangan. Ia melihat ke arahku dan
akhirnya menghampiriku. Lama tak jumpa, dia terlihat berbeda. Nampak lebih
tinggi.
Akhirnya kami pindah ke laboratoriumnya. Lebih nyaman secara
fisik dibandingkan tempat sebelumnya yang panas dan tidak ada koneksi internet.
Tapi lebih kaku karena space-nya lebih kecil dan isinya pria semua. Apalagi saat
ODR pergi sebentar menghampiri RDU yang tidak tahu posisi kami sekarang dimana.
Akhirnya ODR mengerjakan laptopku. Nampak sebagai suatu hal yang sulit. Saat itu
aku juga nampak seperti orang bodoh karena tidak mengerti apapun yang ia
lakukan pada laptopku. Aku hanya menyadari bahwa masalah yang terjadi pelik. Sampai
jam 5 sore akhirnya ODR memutuskan untuk membawa laptopku ke kontrakannya untuk
diperbaiki karena ia tidak bawa peralatan lengkap.
Rabu 18 Maret 2015. Saat aku menanyakan kabar laptop ia
membalas chat dengan “…”. Ih apa itu “…” benar-benar membuat orang cemas saja. Ternyata
dia bilang directory C: saja yang terbaca sedangkan D: nya tidak. Aku bilang
bahwa yang penting ada di D:. dia bilang ada masalah di HDD. Failing, mungkin
lebih akrab dikenal dengan bad sector. Katanya ia masih berusaha agar bisa
terbaca. Berjam-jam ia melakukannya dari pagi.
Siang harinya, ia mengatakan “chi… dengan berat hati harus
gue sampaikan kondisi data-data lo…” jadi singkat kata data yang di D bisa
selamat tapi nampaknya hanya sedikit yang selamat. Drop. Sedih. Tidak tahu
harus apa dan berbuat apa. Waktu dia capture data-data yang selamat… “loh itu
emang data gue Cuma segitu” hahaha… ini seperti gubrak moment. Pembicaraan dari
grup beralih ke chat pribadi karena nampak mengganggu. Akhirnya semua data
sudah ia back up dan ia menginstal ulang laptopku. Katanya selama tidak muncul
masalah yang sama tak perlu ganti HDD, tapi kalau muncul lagi… ganti saja.
Kamis 19 Maret 2015. Akhirnya selesai masalah laptop. Hari ini
aku mengambil kembali laptopku ke teknik. Aku memutuskan untuk membelikannya
donat. Pertama, karena dia bilang suka manis. Sebenarnya ragu mau donat atau
pizza karena dia sedang sakit gigi. Kedua, karena dia telat memberi tahu kalau
dia sudah di kampus dan akhirnya aku yang meneleponnya untuk bertanya dan
ternyata dia ada praktikum pukul 16.00 sedangkan pukul 15.00 aku masih berada
di tempat yang agak jauh dari kampus. Hanya donut yang nampak cepat dipesan
ketimbang pizza yang masih harus butuh waktu lama. Setelah memberikan laptop,
aku memberikannya donat. Kami sama-sama mengucapkan terimakasih berulangkali. Yah
aku tak bisa membalas kebaikannya yang tiada tara. Apalah arti satu lusin donat
dibanding kebaikannya bukan? Maksudku, ia mau mengorbankan waktunya untuk
membantuku sedangkan ia punya pilihan yang besar untuk tidak membatuku sama
sekali.
Ada kejadian unik sebenarnya saat aku sudah menunggu di
halte. Dia meneleponku berulangkali tapi tidak ku sadari. Saat aku membuka
LINE, “chi chargernya ini” haha… aku lupa mengambil charger. Padahal aku baru
saja bilang “udah nih? Sebentar banget ketemunya” tapi harapanku langsung
terkabul J
Itu kebaikan yang sangat luar biasa bukan? Kalau kau jadi
aku, pasti kau akan merasakan hal yang lebih dibandingkan hanya sekadar membaca
kisah ini.
Kebaikan kedua datang dari seorang Profesor dari universitas
di Ohio. Aku sedang mengerjakan skripsi yang berhubungan dengan penelitian yang
ia lakukan. Aku mengadaptasi alat ukurnya ke bahasa indonesia. Aku mendapatkan
kebingungan di beberapa hal. Awalnya aku ragu mengirimkan email padanya,
mengingat ia profesor dan juga kami berbeda negara. Aku rasa lebih besar lagi
kemungkinan ia tidak perlu membantuku dibandingkan ODR yang jauh lebih pernah
ku kenal. Tapi, tak aku sangka dalam sehari atau duia hari (maaf aku lupa)
emailku dibalas. Meski oleh asisten penelitinya, tapi aku sangat tersentuh saat
ia mengalihkan emailku kepada asistennya dan meminta asistennya untuk
membantuku ketimbang mengabaikan emailku karena ia sedang sibuk. Aku tersentuh.
Terharu 100%.
Belum lagi asisten penelitinya sangat baik. Setiap email
yang aku kirimkan padanya dijawab dengan penjelasan yang sangat detil. Ia adalah
CC. ia sangat baik dan ramah. Ia bahkan mengizinkanku untuk bertanya berbagai
hal padanya jika ada hal lain yang masih ingin aku tanyakan. Dalam sehari
emailku dibalasnya. Bukankah ia sangat baik? Bahkan aku merasa bahwa ia seperti
teman dekatku.
Selain itu ada pula AS, teman SMA ku yang juga bisa dibilang
meskipun teman SMA, dia tidak dekat denganku. Aku meminta bantuannya untuk
men-translate alat ukur. Dan dengan baiknya ia bersedia. Bahkan emailku tidak
sampai sehari dibalas olehnya. Ia bahkan mau membantu temanku yang lain. Dan juga
bahkan meski ia sedang umroh ia masih membalas chatku dan mengizinkanku untuk
meminta bantuan padanya. Bahkan ia meminta maaf sekali saat ia tidak bisa
segera membantuku karena sedang umroh. Maksudku, ini sesuatu yang sebenarnya
tidak perlu ia lakukan. Malah aku yang harusnya meminta maaf dan sangat
berterimakasih padanya karena telah sering menganggunya. Disisi lain, teman SMA
ku juga yang dari 1 grup sebelumnya itu, yang merespon agar aku membakar
laptopku. Malah berkata “emang email apa sih ci? Penting banget ya?” padahal
aku sudah bilang itu untuk skripsi. Apakah itu menurutnya bukan suatu hal yang
penting sampai-sampai bahkan ia pun tidak menawarkan bantuannya kembali atau
hanya sekadar menanyakan jadi atau tidak aku meminta bantuan padanya. Hal ini
sangat menunjukkan bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk membantuku. Sebenarnya
ia lebih merasa baik jika tidak membantuku. Sedangkan saat ia butuh bantuanku
untuk meminjam buku di perpustakaan kampusku, aku menyediakan bantuan dan
menyodorkan suguhan pilihan bantuan semampuku. Semuanya aku berikan tanpa
pamrih dan berharap apapun. Tapi yang ku dapat jauh berbeda dengan apa yang aku
berikan. Bukannya bermaksud pamrih tapi apa salahnya aku berharap bahwa
setidaknya ia berusaha seperti usaha yang aku lakukan.
Belum lagi teman yang satu penelitian denganku dan yang
sudah sangat lama ku kenal juga tidah membalas pesan yang padahal penting
bagiku. Pesan mengenai hal yang bisa ia lakukan tapi tidak bisa aku lakukan. Lebih
banyak mengecewakan dibandingkan menyenangkannya. Mengenaskan ya? Kadang orang yang
dekat terasa jauh dan orang jauh malah terasa seperti keluarga sendiri.
Terima kasih banyak ya, ODR, CC, dan AS. kalian benar-benar
orang baik. Menanggapi semua kegundahanku dengan baik bahkan disaat kalian
punya pilihan lebih besar untuk tidak menolongku. Bahkan disaat aku dan kalian
hanya berhubungan sejenak atau bahkan belum pernah aku kenal sama sekali. Terima
kasih sekali lagi. Aku harap aku bisa seperti kalian menebar kebaikan dan
harapan pada setiap orang bahwa masih ada orang yang bersedia membantu orang
lain meski baru dikenalnya.
_RedRose
No comments:
Post a Comment
Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...