Monday 21 April 2014

Nenek Amih...Mon Amie...


Sabtu lalu... aku baru saja kembali dari Bandung. Setelah belasan tahun tidak kesana akhirnya aku datang juga di kota kembang itu untuk mengunjungi saudara-saudaraku. Banyak hal yang berubah. Jelas saja. Sudah belasan tahun aku tidak kesana sejak peristiwa sakit mata itu. Sedikit kembali ke masa lalu. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Hari itu kami sekeluarga mengunjungi Bandung menaiki kereta. Semuanya terlihat baik-baik saja sampai saat ibu sakit mata. Mata ibu memerah dan mengeluarkan banyak cairan. Menjijikan. Aku tidak menyukainya. Belum saja ibuku sembuh, kakak ku juga ikut-ikutan sakit mata. Lalu ayah dan yang terakhir ketika sampai di rumah, aku ikut-ikutan sakit mata. Ah menyebalkan sekali kami sekeluarga sakit mata. Hal yang paling tidak aku sukai (di antara sekian banyak hal yang tidak aku sukai :p). 

Mungkin gara-gara hal tersebut, setiap kali aku di ajak ke Bandung oleh ayah, aku langsung mengasosiasikannya dengan sakit mata. Mungkin sedikit terkondisikan begitu sampai akhirnya sulit di ubah dan aku juga tidak tahu mengapa aku sangat tidak suka ke sana. Namun tiba suatu masa dimana aku begitu penasaran dengan nenek dan kakek dari ayah. Seumur hidupku aku tak pernah berjumpa dengan mereka karena memang mereka meninggal sebelum aku dilahirkan. Tiba-tiba aku ingin sekali mengunjungi makam mereka. Saat itu masih belum tersampaikan maksudku karena kesibukan jadwal ibu. Meskipun terlihat tidak ada hubungannya, bagiku jelas ada. Tanpa ibu aku tidak biasa pergi. Waktu itu liburan semester sekitar satu tahun yang lalu aku mengunjungi Yogyakarta untuk ziarah ke makam nenek dan kakek dari ibuku. Meskipun malangnya saat itu aku tidak jadi ziarah karena sepanjang liburanku di sana aku sedang menstruasi. Itu artinya aku tidak diperbolehkan mengunjungi makam saat aku sedang dalam keadaan tidak suci. Mungkin lain waktu.

Akhirnya bulan ini jadi juga aku mengunjungi Bandung. Perjalanan keberangkatan menuju Bandung terasa sangat panjang dan lama. Melelahkan. Kami berangkat pukul 08.30 dan tiba di sana pukul 16.00. Wow... sungguh lama. Belum lagi sebelum berangkat ada insiden di rumah. Kakak dan ibu bertengkar gegara kakak banyak kerjaan kantor tapi tidak bilang pada ibu saat malam harinya sehingga saat pagi semuanya ribut dan bertengkar karena supir sudah jalan dan hampir tiba di rumah sehingga tidak mungkin di batalkan. Akhirnya jadi juga berangkat setelah tenang. 

Setibanya di sana, kami di sambut dengan hangat oleh kleluarga ayahku. Ada bibik dan Ua ku. Semuanya lengkap dan semuanya menyambut kami dengan hangat. Namun... mereka banyak yang tidak mengenaliku karena memang sudah belasan tahun tidak kesana. Komentar yang wajar ditemukan saat berjumpa dengan saudara yang lama tidak bertemu “udah punya pacar belum?”. Hahaha.. aku hanya membalasnya dengan senyuman miris. Manamungkin. Jawabku dalam hati. Namun mereka bilang aku cantik jadi pasti nanti bisa punya pacar. Aamiin kan sajalah. Semoga dikabulkan. Aamiin...
Lalu saat menjelang maghrib, sesosok wanita datang dengan jalannya yang tergopoh-gopoh. Nenek Amih...

Suasana langsung terasa sangat hangat melebihi suasana sebelumnya. Nenek Amih memeluk aku dan kakakku. Bahkan berkata bahwa ini tidak mungkin aku, pasti tertukar. Ia bilang aku dan kakak sudah sangat besar dan tumbuh menjadi anak yang cantik dan tampan. Kata nenek, “gareulis dan kasep pisan” (kalau tidak salah dengar). Nenek Amih adalah nenek yang merawat kakakku dulu sejak kecil. Saat itu aku masih bayi. Jelas saja nenek Amih tidak mengenali aku sama sekali. Nenek memelukku dengan erat. Sampai sekarang aku masih bisa merasakan pelukannya yang sangat erat dan usapan tangannya yang mengelus wajahku dengan sangat lembut seakan tidak percaya aku ada di sana. Nenek juga menunjukkan fotoku yang masih bayi dan masih disimpannya dengan rapi. Meskipun foto itu agak sedikit berjamur, tapi terlihat sekali bahwa nenek menyimpan foto itu dengan baik. Ah... wajahku masih sangat  bulat dan polos. Matakupun masih sangat besar dan.... yaa... aneh. Ini dia hal yang disadari oleh nenek Amih, Nenek memanggil namaku dan melihat dalam-dalam ke mataku. Nenek bilang “matanya sangat bagus sekarang”. Itu dia. Salah satu kekurangan yang sebenarnya aku miliki namun hanya di sadari oleh keluarga dekatku saja. Ibu, Ayah, kakak (meskipun masih meragukan kakakku benar tahu atau tidak) dan yang pasti... nenek Amih. Ada yang lain di mata kananku. Sedikit...”juling” kalau kata orang-orang. Karena saat bayi mataku terlihat besar, jadi mata yang kurang indah ini jadi sangat terlihat tidak bagus. Terus terang saja saat melihat foto bayiku yang dimiliki nenek Amih... mataku sangat jelek. Alhamdulillah Allah berbaik hati sekali. Semakin bertambah usia, mataku semakin menyipit. Sehingga mata kananku yang agak sedikit cacat jadi terlihat biasa saja dan tidak ada orang yang menyadarinya. Bahkan kebanyakan orang berkata mataku indah karena memiliki tatapan yang tajam. Padahal sebenarnya ada kelainan di mataku. Syukurlah Allah sangat baik. Kalau mataku masih terlihat jelas seperti dulu mungkin aku jadi bahan olok-olokan teman-teman di sekolah.

Nenek Amih masih sangat terpaku dan memelukku setiap melihatku. Termasuk saat aku akan pulang ke rumah. Waktu begitu singkat. Sehingga sangat sedikit waktu yang bisa aku habiskan dengan Nenek dan saudaraku yang lainnya. Nenek meminta aku mengirimkan fotoku dan keluarga yang terbaru. Katanya biar kalau kangen Nenek Amih bisa melihat foto kami. Hampir saja aku menangis saat aku mendengar Nenek Amih berkata begitu. Oh Nenek Amih... insyaallah aku akan datang lagi kesana nek. Semoga saat aku datang, Nenek masih sangat sehat dan baik-baik saja di sana. Semoga saat aku datang kesana, doa nenek sudah dikabulkan Allah. Nenek bilang “sekolah yang tinggi biar sukses nanti. Biar bisa menikah sama Insinyur, Dokter, Profesor atau Dosen”. Aamiin... terutama untuk yang terakhir “dosen” :) Nenek Amih benar-benar tahu apa yang aku inginkan. Semoga aku bisa mengejar karirku setinggi mungkin. Memiliki panti asuhan dan yayasan yang membantu orang-orang yang membutuhkan. Semoga bisa. Aamiin...
Aku akan kembali datang kesana dan semoga nanti waktunya bisa lebih panjang ya Nek. Aku sayang Nenek Amih. 
Nenek Amih... Mon Amie...

_RedRose

No comments:

Post a Comment

Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...