Sabtu lalu... aku baru saja
kembali dari Bandung. Setelah belasan tahun tidak kesana akhirnya aku datang
juga di kota kembang itu untuk mengunjungi saudara-saudaraku. Banyak hal yang
berubah. Jelas saja. Sudah belasan tahun aku tidak kesana sejak peristiwa sakit
mata itu. Sedikit kembali ke masa lalu. Saat itu aku masih duduk di bangku
sekolah dasar. Hari itu kami sekeluarga mengunjungi Bandung menaiki kereta. Semuanya
terlihat baik-baik saja sampai saat ibu sakit mata. Mata ibu memerah dan
mengeluarkan banyak cairan. Menjijikan. Aku tidak menyukainya. Belum saja ibuku
sembuh, kakak ku juga ikut-ikutan sakit mata. Lalu ayah dan yang terakhir
ketika sampai di rumah, aku ikut-ikutan sakit mata. Ah menyebalkan sekali kami
sekeluarga sakit mata. Hal yang paling tidak aku sukai (di antara sekian banyak
hal yang tidak aku sukai :p).
Mungkin gara-gara hal tersebut,
setiap kali aku di ajak ke Bandung oleh ayah, aku langsung mengasosiasikannya
dengan sakit mata. Mungkin sedikit terkondisikan begitu sampai akhirnya sulit
di ubah dan aku juga tidak tahu mengapa aku sangat tidak suka ke sana. Namun tiba
suatu masa dimana aku begitu penasaran dengan nenek dan kakek dari ayah. Seumur
hidupku aku tak pernah berjumpa dengan mereka karena memang mereka meninggal
sebelum aku dilahirkan. Tiba-tiba aku ingin sekali mengunjungi makam mereka. Saat
itu masih belum tersampaikan maksudku karena kesibukan jadwal ibu. Meskipun terlihat
tidak ada hubungannya, bagiku jelas ada. Tanpa ibu aku tidak biasa pergi. Waktu
itu liburan semester sekitar satu tahun yang lalu aku mengunjungi Yogyakarta
untuk ziarah ke makam nenek dan kakek dari ibuku. Meskipun malangnya saat itu
aku tidak jadi ziarah karena sepanjang liburanku di sana aku sedang menstruasi.
Itu artinya aku tidak diperbolehkan mengunjungi makam saat aku sedang dalam
keadaan tidak suci. Mungkin lain waktu.
Akhirnya bulan ini jadi juga aku
mengunjungi Bandung. Perjalanan keberangkatan menuju Bandung terasa sangat
panjang dan lama. Melelahkan. Kami berangkat pukul 08.30 dan tiba di sana pukul
16.00. Wow... sungguh lama. Belum lagi sebelum berangkat ada insiden di rumah. Kakak
dan ibu bertengkar gegara kakak banyak kerjaan kantor tapi tidak bilang pada
ibu saat malam harinya sehingga saat pagi semuanya ribut dan bertengkar karena
supir sudah jalan dan hampir tiba di rumah sehingga tidak mungkin di batalkan. Akhirnya
jadi juga berangkat setelah tenang.
Setibanya di sana, kami di sambut
dengan hangat oleh kleluarga ayahku. Ada bibik dan Ua ku. Semuanya lengkap dan
semuanya menyambut kami dengan hangat. Namun... mereka banyak yang tidak
mengenaliku karena memang sudah belasan tahun tidak kesana. Komentar yang wajar
ditemukan saat berjumpa dengan saudara yang lama tidak bertemu “udah punya
pacar belum?”. Hahaha.. aku hanya membalasnya dengan senyuman miris. Manamungkin.
Jawabku dalam hati. Namun mereka bilang aku cantik jadi pasti nanti bisa punya
pacar. Aamiin kan sajalah. Semoga dikabulkan. Aamiin...
Lalu saat menjelang maghrib,
sesosok wanita datang dengan jalannya yang tergopoh-gopoh. Nenek Amih...
Suasana langsung terasa sangat
hangat melebihi suasana sebelumnya. Nenek Amih memeluk aku dan kakakku. Bahkan berkata
bahwa ini tidak mungkin aku, pasti tertukar. Ia bilang aku dan kakak sudah
sangat besar dan tumbuh menjadi anak yang cantik dan tampan. Kata nenek, “gareulis
dan kasep pisan” (kalau tidak salah dengar). Nenek Amih adalah nenek yang
merawat kakakku dulu sejak kecil. Saat itu aku masih bayi. Jelas saja nenek
Amih tidak mengenali aku sama sekali. Nenek memelukku dengan erat. Sampai
sekarang aku masih bisa merasakan pelukannya yang sangat erat dan usapan
tangannya yang mengelus wajahku dengan sangat lembut seakan tidak percaya aku
ada di sana. Nenek juga menunjukkan fotoku yang masih bayi dan masih
disimpannya dengan rapi. Meskipun foto itu agak sedikit berjamur, tapi terlihat
sekali bahwa nenek menyimpan foto itu dengan baik. Ah... wajahku masih
sangat bulat dan polos. Matakupun masih
sangat besar dan.... yaa... aneh. Ini dia hal yang disadari oleh nenek Amih,
Nenek memanggil namaku dan melihat dalam-dalam ke mataku. Nenek bilang “matanya
sangat bagus sekarang”. Itu dia. Salah satu kekurangan yang sebenarnya aku
miliki namun hanya di sadari oleh keluarga dekatku saja. Ibu, Ayah, kakak
(meskipun masih meragukan kakakku benar tahu atau tidak) dan yang pasti...
nenek Amih. Ada yang lain di mata kananku. Sedikit...”juling” kalau kata
orang-orang. Karena saat bayi mataku terlihat besar, jadi mata yang kurang
indah ini jadi sangat terlihat tidak bagus. Terus terang saja saat melihat foto
bayiku yang dimiliki nenek Amih... mataku sangat jelek. Alhamdulillah Allah
berbaik hati sekali. Semakin bertambah usia, mataku semakin menyipit. Sehingga mata
kananku yang agak sedikit cacat jadi terlihat biasa saja dan tidak ada orang
yang menyadarinya. Bahkan kebanyakan orang berkata mataku indah karena memiliki
tatapan yang tajam. Padahal sebenarnya ada kelainan di mataku. Syukurlah Allah
sangat baik. Kalau mataku masih terlihat jelas seperti dulu mungkin aku jadi
bahan olok-olokan teman-teman di sekolah.
Nenek Amih masih sangat terpaku
dan memelukku setiap melihatku. Termasuk saat aku akan pulang ke rumah. Waktu
begitu singkat. Sehingga sangat sedikit waktu yang bisa aku habiskan dengan
Nenek dan saudaraku yang lainnya. Nenek meminta aku mengirimkan fotoku dan
keluarga yang terbaru. Katanya biar kalau kangen Nenek Amih bisa melihat foto
kami. Hampir saja aku menangis saat aku mendengar Nenek Amih berkata begitu. Oh
Nenek Amih... insyaallah aku akan datang lagi kesana nek. Semoga saat aku
datang, Nenek masih sangat sehat dan baik-baik saja di sana. Semoga saat aku
datang kesana, doa nenek sudah dikabulkan Allah. Nenek bilang “sekolah yang
tinggi biar sukses nanti. Biar bisa menikah sama Insinyur, Dokter, Profesor
atau Dosen”. Aamiin... terutama untuk yang terakhir “dosen” :) Nenek Amih
benar-benar tahu apa yang aku inginkan. Semoga aku bisa mengejar karirku
setinggi mungkin. Memiliki panti asuhan dan yayasan yang membantu orang-orang
yang membutuhkan. Semoga bisa. Aamiin...
Aku akan kembali datang kesana
dan semoga nanti waktunya bisa lebih panjang ya Nek. Aku sayang Nenek Amih.
Nenek Amih... Mon Amie...
_RedRose
No comments:
Post a Comment
Terimakasih karena telah menjadi saksi bisu...