“Kabar-kabari kalo ada rencana
kumpuul, gue pasti nyempetin”
Kata-kata itu ia ucapkan saat
kami berdua sedang mengobrol dan sedikit bernostalgia dengan masa lalu. Masa awal
saat kami masuk kuliah dan saling mengenal satu sama lain hanya melalui
Facebook. Saat itu, di kampus belum
banyak orang yang aku kenal. Aku sedikit lupa bagaimana awal mula kami saling
kenal. Yang pasti aku bukan yang pertama kalinya mendekati mereka. Saat itu
sepertinya jika tidak salah ingat RDU yang pertama kali memperkenalkan aku
dengan mereka. NNS, MHIH, dan ODR. Kami berasal dari fakultas yang
berbeda-beda. Kedokteran, Sastra, Teknik, Ekonomi dan aku Psikologi. Lalu kami
dipersatukan dalam satu kelompok orientasi mahasiswa baru di kampus. Kami
sering mengobrol melalui Facebook dan bahkan membuat grup sendiri. BICHIKAVIZY.
Singkatan dari nama-nama kami. Saat itu WhatsApp masih belum tenar mungkin di
kalangan kami. Jadi kami hanya berkomunikasi secara online via Facebook. Setiap
malam ada saja hal yang kami obrolkan. Dari hal yang penting terkait tugas,
sampai hal yang sangat tidak penting dan seringkali menyampah di grup angkatan.
Hahaha... masa lalu yang cukup menyenangkan.
Sudah lama aku kehilangan kontak
dengan mereka sampai akhirnya NNS menghubungiku via LINE. Kami sedikit
bernostalgia tentang masa lalu. Lalu berniat ingin kembali menghubungi
teman-teman lama. Sayangnya aku tidak memiliki kontak ODR. Sejak HP nya hilang
aku jadi tidak lagi memiliki kontaknya. Akhirnya aku memutuskan mengirimkannya
message via Facebook. Saat itu aku sedikit berpikiran bahwa ia mungkin tidak
akan membalasnya. Buat apa, pikirku. Kami hanya mengenal sesaat saja. Tidak terlalu
penting. Apalagi saat itu NNS yang sempat menjadi kekasih MHIH sudah putus. Hubungan
kami pun pasti jadi lebih canggung. Saat aku berjumpa dengan MHIH secara
kebetulan saja, ia terlihat cuek dan acuh denganku. Padahal dulu kami sangat
akrab. Mungkin perasaanku saja yang terlalu sensitif.
Sesaat kemudian setelah message
itu terkirim, dengan mengagetkannya ODR langsung membalas pesanku. Ia
menanyakan kabar dan memberikan nomor ponselnya padaku. Jadilah kami mengobrol
via LINE. Bukan hanya itu, kami juga berusaha merencanakan untuk kembali
berjumpa sekadar melepas rindu.
Aku jadi ingat masa pertama aku
bertemu dengan ODR. Kami berdua yang paling belakangan bertemu secara langsung.
Alias kopi darat. Yang lainnya sudah saling berjumpa satu sama lain. Aku pun
juga dengan NNS dan MHIH (RDU adalah teman SMA ku). Jadi hanya dengan ODR lah
aku paling sulit bertemu. Lucunya, saat itu aku ingat sekali kami janjian
bertemu pagi hari saat ESQ. Namun sayangnya aku datang pagi dan ODR datang
sedikit siang jadi kami tidak bertemu. Saat pulangnya, aku mengiriminya pesan
tapi ternyata dengan kilatnya ODR sudah pulang ke kostan. Keesokannya lagi kami
berjanji harus bertemu. Wajib! Kali ini kami tidak berjanji di pagi hari
mengingat ODR sangat sulit sekali bangun pagi. Kami berjanji akan bertemu saat
pulang. Sayangnya... ODR belum keluar tapi aku sudah harus pulang karena sudah
di tunggu ayah. Menyebalkan. Sampai hampir selesai masa orientasi kampus kami
belum juga bertemu. Sampai tiba suatu hari saat selesai berbaris di lapangan,
aku benar-benar ingin bertemu dengan ODR. Seperti orang bodoh saja. Kami sudah
secara online dekat dan mengerjakan tugas bersama. Tapi sampai hampir selesai
pun kami belum bertemu sama sekali. Saat itu fakultasku sudah selesai lebih
awal dari fakultasnya. Mau tidak mau aku harus menunggunya hingga selesai
baris-berbaris. Akhirnya... saat itu kami bertemu. Canggung. Itu kata pertama
yang aku pikirkan saat kami bertemu. Saat tangan kami berjabatan dan berkata “oh
ini XXX (namaku disebut)” rasanya seperti orang asing. Sangat canggung. NNS,
RDU, dan MHIH tertawa melihat kami berdua yang begitu canggung. Seperti pasangan
romeo dan juliet yang lama terpisah kalau kata NNS dan RDU. Hahaha... memang
aneh saat itu.
Aku juga ingat saat ODR telat
bangun padahal hari itu adalah hari puncak aktivitas orientasi kampus kami. Untung
aku menelepon dia. Saat itu dia berkata “untung lu nelepon. Gue baru bangun”
hahaha... yaampun ODR. Apa tidak bisa kamu tidak telat? Saat itu aku
menyuruhnya untuk tidak perlu mandi yang penting cepat berangkat daripada kena
hukuman.
Ah iya... dulu aku memanggilnya “bocil”
hahaha. Mengingat dia yang paling muda di antara kami.
Saat kami kembali saling
menghubungi, ternyata di luar dari apa yang aku bayangkan. ODR sangat hangat
membalas pesanku. Kami mengobrol tentang UTS. Tidak terlalub banyak yang kami
obrolkan. Hanya saja dia menanyakan apakah ada rencana kumpul atau tidak. Ia juga
dengan baik hatinya berkata “bisa di atur aja XXX pasti bisa lah ya kumpul”
melihat pesan itu rasanya sangat senang. Dia masih menghargai persahabatan kami
yang mungkin terbilang hanya sesaat itu. Meskipun dulu sempat terucap janji
kami “pokoknya grup ini harus tetap eksis meskipun udah kuliah ya” tapi
akhirnya itu hanya menjadi kalimat yang terucap saja. Makanya aku pikir ODR
tidak akan sehangat itu menjawab semua pesanku. Ternyata ia masih mau
menjawabnya. Senangnya. Apalagi saat terakhir ia berkata
“Kabar-kabari kalo ada rencana
kumpuul, gue pasti nyempetin”
Rasanya
mendengar kata-kata itu dari teman (terutama pria) sangat menyentuh sekali. Mengingat
biasanya hanya wanita yang cenderung menghargai hubungan akrab dengan temannya.
Ah... lagi-lagi stereotipe yang tidak terbukti.
Terimakasih
ODR telah sempat menjadi temanku. Kata-kata itu cukup untuk membuktikan bahwa
meski waktu yang ada hanya sesaat untuk menjalin persahabatan ternyata persahabatan
ini masih tidak terlupa dan masih sangat dihargai olehmu.
Terimakasih juga NNS
dan RDU. MHIH masih belum menjawab apa-apa selama kami chat. Jadi... aku rasa
terimakasihnya di tunda dulu. Hahaha...
Miss
you guys.
_RedRose