Monday 21 April 2014

"Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin" (ODR_2014 via LINE)

“Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin”

Kata-kata itu ia ucapkan saat kami berdua sedang mengobrol dan sedikit bernostalgia dengan masa lalu. Masa awal saat kami masuk kuliah dan saling mengenal satu sama lain hanya melalui Facebook. Saat  itu, di kampus belum banyak orang yang aku kenal. Aku sedikit lupa bagaimana awal mula kami saling kenal. Yang pasti aku bukan yang pertama kalinya mendekati mereka. Saat itu sepertinya jika tidak salah ingat RDU yang pertama kali memperkenalkan aku dengan mereka. NNS, MHIH, dan ODR. Kami berasal dari fakultas yang berbeda-beda. Kedokteran, Sastra, Teknik, Ekonomi dan aku Psikologi. Lalu kami dipersatukan dalam satu kelompok orientasi mahasiswa baru di kampus. Kami sering mengobrol melalui Facebook dan bahkan membuat grup sendiri. BICHIKAVIZY. Singkatan dari nama-nama kami. Saat itu WhatsApp masih belum tenar mungkin di kalangan kami. Jadi kami hanya berkomunikasi secara online via Facebook. Setiap malam ada saja hal yang kami obrolkan. Dari hal yang penting terkait tugas, sampai hal yang sangat tidak penting dan seringkali menyampah di grup angkatan. Hahaha... masa lalu yang cukup menyenangkan.

Sudah lama aku kehilangan kontak dengan mereka sampai akhirnya NNS menghubungiku via LINE. Kami sedikit bernostalgia tentang masa lalu. Lalu berniat ingin kembali menghubungi teman-teman lama. Sayangnya aku tidak memiliki kontak ODR. Sejak HP nya hilang aku jadi tidak lagi memiliki kontaknya. Akhirnya aku memutuskan mengirimkannya message via Facebook. Saat itu aku sedikit berpikiran bahwa ia mungkin tidak akan membalasnya. Buat apa, pikirku. Kami hanya mengenal sesaat saja. Tidak terlalu penting. Apalagi saat itu NNS yang sempat menjadi kekasih MHIH sudah putus. Hubungan kami pun pasti jadi lebih canggung. Saat aku berjumpa dengan MHIH secara kebetulan saja, ia terlihat cuek dan acuh denganku. Padahal dulu kami sangat akrab. Mungkin perasaanku saja yang terlalu sensitif.

Sesaat kemudian setelah message itu terkirim, dengan mengagetkannya ODR langsung membalas pesanku. Ia menanyakan kabar dan memberikan nomor ponselnya padaku. Jadilah kami mengobrol via LINE. Bukan hanya itu, kami juga berusaha merencanakan untuk kembali berjumpa sekadar melepas rindu. 

Aku jadi ingat masa pertama aku bertemu dengan ODR. Kami berdua yang paling belakangan bertemu secara langsung. Alias kopi darat. Yang lainnya sudah saling berjumpa satu sama lain. Aku pun juga dengan NNS dan MHIH (RDU adalah teman SMA ku). Jadi hanya dengan ODR lah aku paling sulit bertemu. Lucunya, saat itu aku ingat sekali kami janjian bertemu pagi hari saat ESQ. Namun sayangnya aku datang pagi dan ODR datang sedikit siang jadi kami tidak bertemu. Saat pulangnya, aku mengiriminya pesan tapi ternyata dengan kilatnya ODR sudah pulang ke kostan. Keesokannya lagi kami berjanji harus bertemu. Wajib! Kali ini kami tidak berjanji di pagi hari mengingat ODR sangat sulit sekali bangun pagi. Kami berjanji akan bertemu saat pulang. Sayangnya... ODR belum keluar tapi aku sudah harus pulang karena sudah di tunggu ayah. Menyebalkan. Sampai hampir selesai masa orientasi kampus kami belum juga bertemu. Sampai tiba suatu hari saat selesai berbaris di lapangan, aku benar-benar ingin bertemu dengan ODR. Seperti orang bodoh saja. Kami sudah secara online dekat dan mengerjakan tugas bersama. Tapi sampai hampir selesai pun kami belum bertemu sama sekali. Saat itu fakultasku sudah selesai lebih awal dari fakultasnya. Mau tidak mau aku harus menunggunya hingga selesai baris-berbaris. Akhirnya... saat itu kami bertemu. Canggung. Itu kata pertama yang aku pikirkan saat kami bertemu. Saat tangan kami berjabatan dan berkata “oh ini XXX (namaku disebut)” rasanya seperti orang asing. Sangat canggung. NNS, RDU, dan MHIH tertawa melihat kami berdua yang begitu canggung. Seperti pasangan romeo dan juliet yang lama terpisah kalau kata NNS dan RDU. Hahaha... memang aneh saat itu.
Aku juga ingat saat ODR telat bangun padahal hari itu adalah hari puncak aktivitas orientasi kampus kami. Untung aku menelepon dia. Saat itu dia berkata “untung lu nelepon. Gue baru bangun” hahaha... yaampun ODR. Apa tidak bisa kamu tidak telat? Saat itu aku menyuruhnya untuk tidak perlu mandi yang penting cepat berangkat daripada kena hukuman.

Ah iya... dulu aku memanggilnya “bocil” hahaha. Mengingat dia yang paling muda di antara kami.

Saat kami kembali saling menghubungi, ternyata di luar dari apa yang aku bayangkan. ODR sangat hangat membalas pesanku. Kami mengobrol tentang UTS. Tidak terlalub banyak yang kami obrolkan. Hanya saja dia menanyakan apakah ada rencana kumpul atau tidak. Ia juga dengan baik hatinya berkata “bisa di atur aja XXX pasti bisa lah ya kumpul” melihat pesan itu rasanya sangat senang. Dia masih menghargai persahabatan kami yang mungkin terbilang hanya sesaat itu. Meskipun dulu sempat terucap janji kami “pokoknya grup ini harus tetap eksis meskipun udah kuliah ya” tapi akhirnya itu hanya menjadi kalimat yang terucap saja. Makanya aku pikir ODR tidak akan sehangat itu menjawab semua pesanku. Ternyata ia masih mau menjawabnya. Senangnya. Apalagi saat terakhir ia berkata

“Kabar-kabari kalo ada rencana kumpuul, gue pasti nyempetin”
 
Rasanya mendengar kata-kata itu dari teman (terutama pria) sangat menyentuh sekali. Mengingat biasanya hanya wanita yang cenderung menghargai hubungan akrab dengan temannya. Ah... lagi-lagi stereotipe yang tidak terbukti.

Terimakasih ODR telah sempat menjadi temanku. Kata-kata itu cukup untuk membuktikan bahwa meski waktu yang ada hanya sesaat untuk menjalin persahabatan ternyata persahabatan ini masih tidak terlupa dan masih sangat dihargai olehmu. 

Terimakasih juga NNS dan RDU. MHIH masih belum menjawab apa-apa selama kami chat. Jadi... aku rasa terimakasihnya di tunda dulu. Hahaha...

Miss you guys.


_RedRose

Senangnya melihat IS lagi...

Sepertinya, IS sudah baik-baik saja. 
Aku lebih sering melihatnya di kampus sekarang. Meski tidak sebanyak saat semester sebelumnya tapi setidaknya ia lebih banyak terlihat dibandingkan dengan awal semester ini. Mungkin ibunya sudah jauh lebih sehat sekarang. Senangnya bisa melihat bahwa ia baik-baik saja.

Nenek Amih...Mon Amie...


Sabtu lalu... aku baru saja kembali dari Bandung. Setelah belasan tahun tidak kesana akhirnya aku datang juga di kota kembang itu untuk mengunjungi saudara-saudaraku. Banyak hal yang berubah. Jelas saja. Sudah belasan tahun aku tidak kesana sejak peristiwa sakit mata itu. Sedikit kembali ke masa lalu. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Hari itu kami sekeluarga mengunjungi Bandung menaiki kereta. Semuanya terlihat baik-baik saja sampai saat ibu sakit mata. Mata ibu memerah dan mengeluarkan banyak cairan. Menjijikan. Aku tidak menyukainya. Belum saja ibuku sembuh, kakak ku juga ikut-ikutan sakit mata. Lalu ayah dan yang terakhir ketika sampai di rumah, aku ikut-ikutan sakit mata. Ah menyebalkan sekali kami sekeluarga sakit mata. Hal yang paling tidak aku sukai (di antara sekian banyak hal yang tidak aku sukai :p). 

Mungkin gara-gara hal tersebut, setiap kali aku di ajak ke Bandung oleh ayah, aku langsung mengasosiasikannya dengan sakit mata. Mungkin sedikit terkondisikan begitu sampai akhirnya sulit di ubah dan aku juga tidak tahu mengapa aku sangat tidak suka ke sana. Namun tiba suatu masa dimana aku begitu penasaran dengan nenek dan kakek dari ayah. Seumur hidupku aku tak pernah berjumpa dengan mereka karena memang mereka meninggal sebelum aku dilahirkan. Tiba-tiba aku ingin sekali mengunjungi makam mereka. Saat itu masih belum tersampaikan maksudku karena kesibukan jadwal ibu. Meskipun terlihat tidak ada hubungannya, bagiku jelas ada. Tanpa ibu aku tidak biasa pergi. Waktu itu liburan semester sekitar satu tahun yang lalu aku mengunjungi Yogyakarta untuk ziarah ke makam nenek dan kakek dari ibuku. Meskipun malangnya saat itu aku tidak jadi ziarah karena sepanjang liburanku di sana aku sedang menstruasi. Itu artinya aku tidak diperbolehkan mengunjungi makam saat aku sedang dalam keadaan tidak suci. Mungkin lain waktu.

Akhirnya bulan ini jadi juga aku mengunjungi Bandung. Perjalanan keberangkatan menuju Bandung terasa sangat panjang dan lama. Melelahkan. Kami berangkat pukul 08.30 dan tiba di sana pukul 16.00. Wow... sungguh lama. Belum lagi sebelum berangkat ada insiden di rumah. Kakak dan ibu bertengkar gegara kakak banyak kerjaan kantor tapi tidak bilang pada ibu saat malam harinya sehingga saat pagi semuanya ribut dan bertengkar karena supir sudah jalan dan hampir tiba di rumah sehingga tidak mungkin di batalkan. Akhirnya jadi juga berangkat setelah tenang. 

Setibanya di sana, kami di sambut dengan hangat oleh kleluarga ayahku. Ada bibik dan Ua ku. Semuanya lengkap dan semuanya menyambut kami dengan hangat. Namun... mereka banyak yang tidak mengenaliku karena memang sudah belasan tahun tidak kesana. Komentar yang wajar ditemukan saat berjumpa dengan saudara yang lama tidak bertemu “udah punya pacar belum?”. Hahaha.. aku hanya membalasnya dengan senyuman miris. Manamungkin. Jawabku dalam hati. Namun mereka bilang aku cantik jadi pasti nanti bisa punya pacar. Aamiin kan sajalah. Semoga dikabulkan. Aamiin...
Lalu saat menjelang maghrib, sesosok wanita datang dengan jalannya yang tergopoh-gopoh. Nenek Amih...

Suasana langsung terasa sangat hangat melebihi suasana sebelumnya. Nenek Amih memeluk aku dan kakakku. Bahkan berkata bahwa ini tidak mungkin aku, pasti tertukar. Ia bilang aku dan kakak sudah sangat besar dan tumbuh menjadi anak yang cantik dan tampan. Kata nenek, “gareulis dan kasep pisan” (kalau tidak salah dengar). Nenek Amih adalah nenek yang merawat kakakku dulu sejak kecil. Saat itu aku masih bayi. Jelas saja nenek Amih tidak mengenali aku sama sekali. Nenek memelukku dengan erat. Sampai sekarang aku masih bisa merasakan pelukannya yang sangat erat dan usapan tangannya yang mengelus wajahku dengan sangat lembut seakan tidak percaya aku ada di sana. Nenek juga menunjukkan fotoku yang masih bayi dan masih disimpannya dengan rapi. Meskipun foto itu agak sedikit berjamur, tapi terlihat sekali bahwa nenek menyimpan foto itu dengan baik. Ah... wajahku masih sangat  bulat dan polos. Matakupun masih sangat besar dan.... yaa... aneh. Ini dia hal yang disadari oleh nenek Amih, Nenek memanggil namaku dan melihat dalam-dalam ke mataku. Nenek bilang “matanya sangat bagus sekarang”. Itu dia. Salah satu kekurangan yang sebenarnya aku miliki namun hanya di sadari oleh keluarga dekatku saja. Ibu, Ayah, kakak (meskipun masih meragukan kakakku benar tahu atau tidak) dan yang pasti... nenek Amih. Ada yang lain di mata kananku. Sedikit...”juling” kalau kata orang-orang. Karena saat bayi mataku terlihat besar, jadi mata yang kurang indah ini jadi sangat terlihat tidak bagus. Terus terang saja saat melihat foto bayiku yang dimiliki nenek Amih... mataku sangat jelek. Alhamdulillah Allah berbaik hati sekali. Semakin bertambah usia, mataku semakin menyipit. Sehingga mata kananku yang agak sedikit cacat jadi terlihat biasa saja dan tidak ada orang yang menyadarinya. Bahkan kebanyakan orang berkata mataku indah karena memiliki tatapan yang tajam. Padahal sebenarnya ada kelainan di mataku. Syukurlah Allah sangat baik. Kalau mataku masih terlihat jelas seperti dulu mungkin aku jadi bahan olok-olokan teman-teman di sekolah.

Nenek Amih masih sangat terpaku dan memelukku setiap melihatku. Termasuk saat aku akan pulang ke rumah. Waktu begitu singkat. Sehingga sangat sedikit waktu yang bisa aku habiskan dengan Nenek dan saudaraku yang lainnya. Nenek meminta aku mengirimkan fotoku dan keluarga yang terbaru. Katanya biar kalau kangen Nenek Amih bisa melihat foto kami. Hampir saja aku menangis saat aku mendengar Nenek Amih berkata begitu. Oh Nenek Amih... insyaallah aku akan datang lagi kesana nek. Semoga saat aku datang, Nenek masih sangat sehat dan baik-baik saja di sana. Semoga saat aku datang kesana, doa nenek sudah dikabulkan Allah. Nenek bilang “sekolah yang tinggi biar sukses nanti. Biar bisa menikah sama Insinyur, Dokter, Profesor atau Dosen”. Aamiin... terutama untuk yang terakhir “dosen” :) Nenek Amih benar-benar tahu apa yang aku inginkan. Semoga aku bisa mengejar karirku setinggi mungkin. Memiliki panti asuhan dan yayasan yang membantu orang-orang yang membutuhkan. Semoga bisa. Aamiin...
Aku akan kembali datang kesana dan semoga nanti waktunya bisa lebih panjang ya Nek. Aku sayang Nenek Amih. 
Nenek Amih... Mon Amie...

_RedRose