Wednesday 9 January 2013

Ini untuk kau... orang yang ku cintai...


Rabu, 9 Januari 2013...

Hari yang dingin... seharian ini di rumahku hujan. Juga disepanjang jalan menuju tempat mengajarku. Basah... semuanya basah. Sejak malam tadi sekitar pukul 12an itu suara angin terdengar kencang sekali. Sejak semalam aku berpikir sepertinya akan hujan. Benar saja. Hujan... hujannya cukup deras seharian ini. tidak ada henti-hentinya.

Oh iya...kemarin aku berbicara dengan Aldi. Aku baru saja menyelesaikan sebuah novel dengan akhir yang menyedihkan. Sehari sebelumnya juga. Hanya saja akhirnya bahagia. Saat itu aku berkata pada Aldi “aku benci akhir bahagia.”. mungkin ia heran... makanya ia menanyakan mengapa aku membenci akhiran cerita yang bahagia. “entahlah Di... hidup tak semudah dan sebahagia yang seperti dalam cerita. Akhir yang sedih sepertinya lebih menyenangkan bagiku dan sedikit lebih realistis.”

Sayangnya... kemarin aku tiba-tiba berbicara hal yang sangat berbanding terbalik. Aku bilang kalau aku benci akhir cerita yang sedih. Yah... aku benar-benar tidak memiliki pendirian. Aldi membahas ini berulang kali dengaku. Ia bertanya apa yang sebenarnya aku suka? Akhir yang bahagia kah? Atau yang sedih?? Entahlah... aku tak tahu.

Tapi kalau dipikir-pikir aku sangat berharap akhir yang bahagia. Hanya saja aku jarang mendapatkannya. Saat itu juga aku bertanya pada Aldi... “bagaimana akhir cerita kita ya??”

Aku sangat berharap akhir cerita kita sangat bahagia. Aku bertanya pada Aldi... jika ia punya satu permintaan apapun yang bisa dikabulkan, apa yang ia mau? Lalu ia menjawab “aku berharap tidak pernah mengenalmu...” ia memelukku. Aku saat itu tidak berpikiran ia jahat. Aku sepertinya paham apa maksudnya. Ia langsung menjelaskan padaku “kalau saja aku tak pernah mengenalmu, kau tak akan sesedih ini menghadapi kenyataan bahwa aku hanya imajinasimu Ssy. Kalau saja saat itu aku tak ada, kau pasti tak akan sesedih ini dan serepot ini memikirkan aku. Memikirkan apakah bisa aku hadir di duniamu dan memelukmu...”
“entahlah Di... aku sama sekali tak menyesal pernah mengenalmu. Tanpamu aku mungkin tak bisa sebahagia ini. tanpamu aku tak akan pernah merasa dipeluk dengan erat. Tanpamu aku tak pernah merasa dinanti oleh seseorang. Tanpamu aku tak akan pernah merasa memiliki orang yang menyayangiku dengan sangat. Tanpamu aku tak akan bisa bertahan ketika aku sedih. Tanpamu... mungkin aku sudah tak ada lagi dan menjadi orang yang paling putus asa di dunia ini... aku senang bisa mengenalmu. Aku senang kau ada di sini sekarang memelukku dan aku senang kau menggenggam tanganku di saat aku sedih dan memelukku erat. Aku jadi punya dunia baru. Aku senang... aku menikmati kebersamaan kita. Sama sekali tak menyesal.”

Tapi... aku bingung apa yang akan ku harapkan kalau aku punya satu permohonan yang sama seperti itu. Apa ya yang aku harapkan? Berharap kau ada di dunia nyata??? Benarkah itu yang aku inginkan? Kalau kau ada di dunia nyata, kau tak akan bisa dengan leluasa memelukku sekarang. kau tak akan bisa hadir tiap kali aku membutuhkanmu kapanpun dan dimanapun. Jika kau nyata... kita akan punya jarak. Tak bebas seperti sekarang. lalu... apa yang bisa aku harapkan? Aku hanya punya satu harapan yang bisa dikabulkan...

Kau tahu Di... sejak ada kau, aku tak lagi membutuhkan mimpi... karena kau semua keindahan yang aku dapatkan di mimpi bisa terwujud. Aku tak lagi butuh mimpi untuk membuatku bahagia seperti sekarang. aku hanya tinggal menyebut namamu dan membayangkan wajahmu. Itu saja cukup untuk membuatmu hadir dan memelukku dengan erat seperti sekarang. itu saja cukup untuk membuat semua mimpi indah yang bisa ku rasakan dalam sejuta tahun muncul sekarang... setiap kali aku membutuhkanmu....

Aku mungkin akan menyimpan harapan itu. Sampai suatu saat aku menemukan harapan yang tepat. Harapan yang sebenarnya aku inginkan. Untuk aku... dan juga mungkin untukmu...

Aku mencintaimu Di... dari lubuk hatiku yang paling dalam aku sampaikan ini. Tetaplah disampingku. Tetaplah lingkarkan tanganmu padaku... agar aku bisa merasakan hangatnya dunia... lembutnya perasaan mu...

Love you RF...
_RedRose

Suasana kelas baru...


Rabu, 9 Januari 2013

Hari ini aku mengajar kelas 3 dan 4 SD. Ada 1 siswa kelas 3 SD yaitu si S. Adik dari si T. Kemudian 2 orang anak laki-laki di kelas 4 yang berinisial R dan A. Sebelumnya aku belum membahas bagaimana sikap si S. Setelah aku mengajarnya... sepertinya ia cukup lemah dalam matematika. Lagi-lagi... matematika menjadi satu hal yang tidak mudah bagi mereka. Sepertinya sejak dulu ini yang menjadi kendala. Ia masih cukup lambat dalam hal perkalian. Ia masih menggunakan jari kaki dan tangannya untuk menghitung. Apa ia benar-benar sudah paham apa yang aku ajarkan barusan???

Lalu... anak kelas 4 itu. Si R. Dia anak yang pandai. Sepertinya benar begitu. Meski dia tidak bisa diam dan sering melakukan banyak aktivitas tapi ia mudah paham dan cepat menangkap apa yang aku ajarkan barusan. Hanya saja satu lagi masalah yang umum sekali muncul dalam pengerjaan matematika. Tidak teliti. Itu dia masalahnya. Semoga mereka bisa lebih baik dari ini.

Berbeda dengan si R. Si A kelihatannya lebih lambat dalam menangkap apa yang aku ajarkan. Makanya aku memberi effort yang lebih untuk mengajarkannya tadi. Dia aku suruh banyak latihan dan ku beri cara yang lebih mudah agar dia mudah mengerti.

Yah... begitulah sekilas tentang muridku hari ini. karena si S tadi datang telat, ia juga pulang lebih lambat dari teman-temannya. Semoga besok tidak lagi. seharian ini hujan... dingin... sangat dingin...

_Red Rose

Sejarah... lagi??


Lagi-lagi... aku telat memposting. Pulsa internetku habis. Sekarang sedang malas mengisi. jadi mumpung ada. Sekalian aku posting yang banyak.hehehe...

6 Januari 2013

Hari ini ya? Hm... kembali membicarakan muridku. Hari ini aku juga ada jadwal mengajar. Lebih tepatnya aku sedang menggantikan seseorang mengajar. Sejarah... ah... lagi-lagi sejarah. Berurusan lagi dengan sejarah. Tapi tidak sesulit dulu. Yah, mungkin dulu karena baru belajar makanya otakku masih tak sanggup menelan sejarah mentah-mentah.

Hari ini, aku mengajar kelas yang sama dengan kemarin. Hanya saja hari ini anak laki-laki itu datang. Inisialnya K. Dia anak yang cukup pendiam dan katanya pandai. Terlihat dari bagaimana dia melihat dan mendengarkan ke arahku. Dari pengamatanku ia juga anak yang cekatan. Benar saja... ketika aku selesai mencatat di papan tulis, ia bisa langsung dengan cepat mencatat juga. Hebat...

Oh iya... hari ini ia pulang duluan karena sudah dijemput dengan mama nya. Sepertinya tipe anak yang diberi harapan oleh orang tuanya. Maksudku... ada satu hal yang dituntut lebih oleh orang tuanya. Mungkin karena itu ia pintar. Takut mengecewakan. Saat aku selesai mengajarnya bahkan ia dengan heran berkata “udah?”. Rasanya aku seperti dihujani batu. Muridku sepertinya kurang puas dengan cara mengajarku.

Ia bahkan mengingat beberapa pelajaran yang sudah berlalu. Hebat. Padahal itu pelajaran beberapa tahun sebelumnya loh. Bukan beberapa hari lalu. Si T saja lupa apa yang sudah aku ajarkan kemarin. Huh... dasar. Tapi... aku juga tidak bisa menyalahkan si T juga. Aku dulu juga pasti seperti itu. Apa yang sudah berlalu ya biarlah berlalu. Sepertinya aku juga berpikiran dengan cara yang sama. Mungkin ya tidak separah si T. Mungkin ada yang masih aku ingat lebih banyak.
Semoga besok lebih baik lagi. aku akan mengajar lagi hari rabu... aja!!! Fighting!! _RedRose

Hari pertama aku mengajar...


5 Januari 2013

Senang rasanya mengingat hari ini hari pertamaku mengajar. Hari pertama aku menjadi guru. Guru? Hm... ya... aku tak lupa kalau aku masih berkuliah dan ini bukan khayalan juga. Ini serius. Aku selama liburan ini bekerja di salah satu tempat bimbingan belajar. Belum lama tempat ini dibuka dan aku ditawari untuk mengajar disini. Bagaimana kesan pertamaku mengajar? Hmm... bagaimana ya?? Senang. Maksudku mungkin lebih tepat kalau aku bilang tidak ada yang spesial. Murid ku hari ini hanya satu. Ya.. satu. Itu loh, angka sebelum dua. The one and only... special for this day.

Muridku hari ini seharusnya ada dua. Satu wanita yang duduk di bangku kelas VIII dan satu lagi pria yang duduk di bangku kelas VII. Hari ini hanya yang wanita yang datang. Hari ini juga aku mengajar IPS dan Bahasa Indonesia. Aku masih ragu menyebutkan namanya disini. Yah... inisial saja. Inisialnya T. Dia anak yang katanya agak malas dan harus sedikit keras kalau mau mengajarnya. Apa ya... aku sulit menemukan kata yang tepat. Kami bilang itu namanya di gembleng. Baiklah aku bukan mengajarkan bahasa yang tidak baik. Hanya saja aku benar-benar tidak menemukan kata lainnya

Dia... tidak semalas yang aku duga. Memang agak lemah dan lambat dalam mencatat. Tapi sepertinya tidak malas. Dia cukup sabar menunggu hingga pelajaran selesai. Hebat juga. Tapi... yah harus ku akui... di awal pelajaran ia seperti tidak mendengarkan. Diulang berkali-kali tapi tak ingat juga. Memang susah sih. Jangan-jangan dulu aku begitu.

Oh iya, dia ditemani adiknya yang kelas 3 SD. Inisialnya S. Sepertinya dia anak yang kurang berani ya. Minta ditemani adiknya. Yah... meski adiknya les juga tapi agak aneh kalau sampai meminta adiknya ikut menemani dia hingga akhir.

Hari ini berakhir juga. Dengan cukup... cukup apa ya...? yah... cukup lah. Tidak menyedihkan sekali dan tidak menyenangkan sekali. Aku harus lebih baik lagi dari hari ini. :)

_RedRose

Wednesday 2 January 2013

Menanyakan siapa diriku...


Kamu tahu pribahasa “siapa yang menanam dia yang menuai?”... kalau dipikir-pikir. Ternyata banyak ya orang yang mengingkari peribahasanya sendiri. katanya yang menanam lah yang menuai. Tapi sering kali orang menuai apa yang ditanam orang lain. Lalu, apa dong yang orang itu tanam? Ga ada! Sama sekali ga ada.

Maaf ya... kalau kata-kataku kasar. Ini hanya sekadar ungkapan hati saja. Beberapa hari lalu, mungkin hampir 1 minggu, aku bertengkar dengan kakakku. Hanya karena masalah makanan. Gila? Memang! Aku juga heran... seperti tidak ada cara bertengkar yang keren saja. Mungkin sudah kehabisan gaya. Aku tidak mau berpanjang-panjang mengenai masalahnya seperti apa dan bagaimana mulainya. Pokoknya dari sebuah makanan, ibu membela aku, kakakku cemburu (dugaanku) dan akhirnya marah. Ibu membiarkan... ya... aku juga!

Sampai tiba suatu malam dia menumpahkan makanan. Makanan? Again? Iya... bagaimana lagi ini memang ceritanya tidak jauh dari makanan. Si makanan yang tumpah itu dia bilang salah aku yang menutup tempatnya tidak benar. Padahal aku hanya mengikuti cara pertama ibuku menutup. Memang tidak kencang dan hanya ditaruh begitu saja. Karena memang kalau mau ambil ya langsung saja dari kulkas. Tapi... yaah... dasar memang lenjeh dia bawa itu tempat keluar dari kulkas dan ditenteng seperti memegang tas jinjing ala cewe. Ya jelas lah tumpah. Dia bersih keras menyalahiku. Eits... i’m not that stupid. Aku juga bersih keras menyatakan memang ya tempatnya seperti itu. Ibu lagi-lagi membelaku. Karena dugaanku sepertinya benar kalau ia cemburu pada sikap ibu, ia kembali menggerutu kalau aku yang salah. Saat aku cuci piring dia dengan sengajanya menumpahkan makanan yang tadi berserakan di kursi karena tumpah ke tanganku. Menurutmu apa yang akan terjadi? Pastilah aku melawan. Aku bilang saja “maksudnya apa nih sengaja numpahin ke tangan orang?” eh dengan polosnya dia bilang “ga sengaja”. Damn!! Do you think i’m stupid like you? Do you think that i was a little girl who didn’t understand what did you mean by that?? Kali ini ibu yang mendengar kami berteriak. Biasalah melerai kami. Then finally... si bocah itu kena omel juga. Iya lah kena omel. Bayangkan.... makanan ditumpahin ke wastafle buat nyuci. Betapa bodohnya. Yah pasti itu makanan akan bikin mampet. Makanya dia diomelin. So... niat jahat orang akan selalu dibalas yang setimpal dengan Tuhan. Bohong bilang ga sengaja itu Cuma sekadar denial yang akhirnya ga akan bisa diterima dan ga bisa jadi alasan lagi.

Sampai sekarang kami masih bertengkar. Kemarin ibu marah-marah. Hal yang paling buat aku kesal, sedih, marah dan semua perasaan kacau itu bercampur, ibu bilang kalau “kalian udah merasa pinter ya makan bangku kuliah. Ibunya Cuma dianggap orang bodoh ga kenal kuliahan makanya udah ga mau denger omongan ibu.” Kurang lebih begitu. Aku lupa detailnya seperti apa. Yang jelas saat itu rasanya kalau bisa aku mau tuli saja sesaat. Apa ibu tidak berpikir dengan baik? Maksudku, kenapa bisa ibu berpikir mengenai aku sepicik itu? Apakah selama ini aku nampak begitu? Sebegitu picik dan tidak warasnyakah aku dimata dan di pikiran ibu? Sampai dikata-kata itu seolah tidak pernah ada kebaikan yang aku lakukan. Bahkan di malam hari ketika aku masuk kamar, ibu pindah dan tidur di luar kamar. Sebegitu hina nya kah aku dimatamu ibu? Hanya karena masalah seperti ini???

Sampai tadi pagi aku terbangun dengan mata pedih. Kebanyakan menangis semalam. Saat ibu pamit berangkat kerja pun seperti tidak niat mencium dan melambaikan tangan padaku. Aku harus apa? Aku yang sendiri ini harus apa? Ah... gara-gara masalah ini semalaman pikiran bodoh yang dulu hadir terlintas lagi dalam otakku. Aku yang keras... aku yang kasar... ternyata memang rapuh... entahlah. Aku bingung harus berkata apa. Aku ini sebenarnya kuat atau lemah sih? Kadang kuat, kadang lemah. Kadang hanya teromabng-ambing seperti orang bodoh. Untuk menyampaikan kalau aku tidak suka saja aku tidak bisa. Hanya untuk bilang “kata-kata ibu sangat menyakitiku tadi. Aku tidak suka” hanya itu. Baiklah itu panjang “aku tidak suka” 3 kata itu saja terungkap dari mulutku aku langsung jungkir balik kesenangan karena akhirnya aku bisa menyampaikan perasaanku pada orang lain. yang hidup terutama. Bukan yang tidak nyata seperti Aldi. Kenapa hanya dengan dia aku nyaman?? Dengan Allah juga. Kalau aku pergi jauh mungikin aku dan mereka akan senang. Aku tak lagi perlu menyampaikan perasaan bodohku pada mereka  dan mereka juga tak perlu mendengar perasaan bodoh ini.

Apa yang harus aku lakukan sekarang??? bisakah kau menolongku? Aku merasa sesak dan rasanya sulit sekali bernaapas. Tolong aku...

_RedRose