Wednesday 14 March 2012

One Fine Day

hai...

maaf ya aku sudah lama mengabaikan blog ini. Maaf sekali. Selama aku mengabaikan blog ini, ada banyak kejadian. mungkin terakhior kali postinganku (yang baru aku posting sekarang) itu pada tanggal 21 Januari. Hari-hari setelah itu tidak seindah yang dibayangkan. Selesai ibu operasi bukan berarti selesai sudah semua kegelisahanku. Beberapa hari kemudian, aku lupa tepatnya tanggal berapa, mungkin sekitar 27 Januari. Yang aku ingat hari itu adalah hari jumat. Malamnya aku sakit, sepertinya mag ku kambuh.

Aku dilarikan ke rumah sakit malam itu. Pada hari jumat itu aku di USG oleh dokter. Pikirku USG hanya untuk orang hamil. Ternyata waktu diperiksa dokter bilang ada 3 batu dalam ginjal aku. Tahu apa yang ada di pikiranku saat itu? Ga ada! Pikiran aku kosong dengan seketika. Aku ga tau kenapa. Aku bingung. Jujur aja aku benar-benar bingung. Bagaimana tidak, ibu langsung merespon terhadap omongan dokter. Ibumenyindir aku yang jarang minum air putih padahal sudah se3ring kali di peringatkan. Tadinya aku tak mau percaya perkataan dokter. Mungkin ada kesalahan. Namun kepercayaanku menjadi muncul ketika ia bilang aku pasti merasa sering sakit pada pinggang. Aku menjawab iya. Karena memang aku sering merasa sakit di pinggang. Tapi... seketika itu juga aku tersuesti bahwa pinggang yang sering sakit adalah bagian kiri.

Waktu dokter bilang aku ga boleh makan macam-macam termasuk cokelat. Oh Tuhan... baru saja aku mendapat oleh-oleh cokelat mon ggo yang sepertinya enak itu karena aku belum mencicipinya. Baru setelah pulang aku menangis. Kenapa? Mungkin memang aneh. Aku juga ga tahu kenapa aku menangis belakangan. Apa responku sebegitu telatnya kah hingga aku baru menagis setelah pulang. Tapi aku kira aku menangis setelah di rumah karena aku sudah bisa berpikir. Ya... berpikir bahwa bebanku begitu berat. Sangat berat. Belum selesai masalah ibu, aku menyusul dengan masalah baru yang kian parah. Pikirku apa salah ku hingga begitu besar cobaan ini terjadi padaku. Sebegitu sayangnya kah Allah padaku hingga semua masalah berat datang bertubi-tubi dan semuanya itu datang dengan cepat secara berangsur.

Aku segera ke dokter ahli urologi de tempat lain bersaama ibu. Kebetulan hari itu ibu mau mengambil hasil test laboratorium kankernya. Hari itu 30 Januari. Tepat 2 hari sebelum bulan Januari berakhir. Dokter yang akan memeriksaku ternyata ada operasi mendadak. Aku jadi harus menunggunya lama. Selama menunggu, aku membeli kue cubit. Kalau tidak salah begitu namanya. Karena tidak boleh makan cokelat, sedikit meses yang ada di kue itu aku langsung buang. Alhasil si kue cubit benar-benar tercubit hingga keropos.

Hasil lab ibu sudah bisa diambil jadi kami memutuskan untuk mengambilnya terlebih dahulu. Selama menunggu aku sudah minum banyak air putih. Aku trauma. Aku lihat botol air mineral ku memenuhi tong sampah di depan ruangan urologi. Ada sekitar 4 botol air mineral 600ml. Aku sudah berkali-kli bolak-balik ke kamar mandi. Saat suster mencari hasil lab ibu, entah kekhawatiranku hanya sedikit. Aku yakin Allah tidak akan begitu jahat padaku. Cling... ketemu juga si kertas hasil lab oleh si suster. Waktu suster bilang ga ada apa2.... Jreeeeeng.... seperti ada bunga yang bermekaran di sekitarku. Aku sangat bersyukur. Ternyata benar, Allah ga akan sebegitu tega padaku. Tinggal menunggu hasilku. Aku masih belum tenang. Lalu setelah sej=kian jam menunggu hingga sore dan hujan deraspun mulai turun... akhirnya bertemulah aku dengan si dokter.

Sempat ada masalah sebelumnya. File namaku ternyata nyasar di bagian anak. Pantas namaku dipanggil lama sekali. :’(

Setelah itu dokter bilang kita akan keruang USG. Lagi! Waktu itu dokternya melucu terus. Bercanda terus. Aku ga suka. Aku begitu tegang dan dia begitu santainya. Aku ga mau kalau sesuatu yang buruk di sampaikan dengan gamblangnya dan tanpa ekspresi. Atau malah cengegesan begitu. Sampai akhirnya dokter bilang ga ada apa-apa di ginjal aku. Alhamdulillah... saat itu jujur aja aku masih ga bisa mikir. Cuma bisa senyum aja dengan muka yang tetap datar. Baru setelah aku keluar dari ruanng USG aku sueeeeneeeeng bangeeet.

Perjuangan menahan kepedihan yang berangsur hadir dalamk 1 bulan membuat aku lelah. Bagaimana tidak. Aku mengisi liburan bukan dengan santai beristirahat, jalan-jalan, malas-malasan. Tapi aku mengisinya dengan mondar-mandir ke rumah sakit. Bolak-balik. Menguras air mata setiap hari ampai mata bengkak. Fuuuh... selesai!

Sekarang ada hikmahnya juga. Aku jadi banyak minum air putih. Selain itu aku jadi lebih parno. Ketika aku merasa sakit di bagian dada, aku langsug takut kalau itu kanker. Dan ... entah bulan Januari mungkin akan jadi traumatis tersendiri buat aku di tahun depan. Semoga hal buruk seperti ini gak akan terjadi lagi. Aamiin...

Menggantikan Ibu

Postingan 21 Januari 2012

Hari ini, pagi-pagi pukul 8.00 aku sudah pergi dengan kakakku belanja ke supermarket dan membeli obat di apotik. Karena ibu sakit jadi tak mungkin ibu yang pergi.
Awan nampak mendung hari ini. Keliahatannya nanti akan hujan.
Aku baru saja membuat agar-agar coklat dan strawbery. Semoga enak dan tidak terlalu manis. Maklum saja aku tidak pernah membuat apa-apa sendiri. Pasti selalu ada ibu. Terakhir kali aku memasak sendiri adalah tahun lalu 1 Juli 2011 saat ibu ulang tahun. Rencananya aku akan membuatkan ibu cake coklat. Namun sepertinya resepnya kurang bagus. Entah salah atau apa. Aku sudah mengikuti semua langkah yang ada di resep tapi ternyata sepertinya resepnya memang ada yang salah. Akhirnya kue cake malah menjadi muffin yang padat. Enak memang, tapi tetap saja itu namanya gagal. Mungkin lain kali aku akan mencoba. Lain kali.


Kembali ke rumah

20 Januari 2012

Ibu sekarang sudah kembali ke rumah. Tadi siang sekitar pukul 11.30. Ibu diantarkan dengan taksi dari rumah sakit ditemani oleh aku yang sepulang kuliah segera menghampirinya. Saat itu aku sangat mengantuk. Mungkin karena malamnya aku menyelesaikan LPJ hingga pukul 12. Sebenarnya LPJ itu bisa selesai dengan cepat jika aku tidak dengan nakalnya membuka internet dan menulis blog di tengah malam dan melanjutkannya sambil menonton tv. Multi tasking yang tidak baik ditiru.

Aku membiarkan ibu istirahat di kamarku dan aku memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah. Aku sangat senang ibu bisa pulang. Meski itu tidak berarti aku sudah puas. Aku masih belum puas dan 100% senang. Hasil dari laboratorium masih belum ada. Apakah kanker ibu ganas atau tidak. Aku masih menunggu dengan penuh harap dan keyakinan bahwa ibu akan baik-baik saja. Aku selalu mendoakan hal yang sama setiap kali aku sholat. Doaku seperti kaset yang hanya di mainkan ulang setiap kalinya. Aku tak pernah berhenti berdoa agar ibu baik-baik saja. Aku tak pernah berhenti meminta agar kanker yang ada dalam diri ibu kemarin tidak ganas. Aku sangat berharap Allah tidak mengambil kebahagiaanku yang satu ini.

Sebenarnya ibu masih belum diperbolehkan pulang ke rumah. Karena kalau di rumah ibu pasti kecapaian. Tapi ibu tetap saja ingin pulang.

Setidaknya aku bisa cukup tenang untuk beberapa hari ke depan.

Malam ini aku membiarkan ibu tertidur di tempat tidurku dan aku tidur di kasur tepat di samping ranjang ibu. Rasanya memang kurang nyaman tidur bukan di kasur sendiri. namun apa boleh buat, akau tak bisa membiarkan ibu tertidur hanya beralaskan kasur di lantai. Ibu pasti akan kesulitan bangun, jadi aku harus bisa memutuskan baik-baik.

_Anonymous

Hari operasi #2

ini postingan Kamis, 19 Januari lalu

Ini sudah hari kedua pasca operasi yang ibu lakukan. Kemarin semuanya berjalan dengan lancar. Syukurlah. Meski sepanyang operasi aku hanya bisa menangis.
Jujur saja... Ketika ibu memasuki ruang observasi, aku merasa seperti ada di dunia lain yang tak aku sukai. Banyak orang di sana. Banyak orang yang menemani ibu, mereka tertawa, bercanda dan berusaha menenangkan ibu. Ibu pun nampak sangat tenang meski aku tahu di hatinya ada perasaan takut.

Kemarin, bukan hanya ibu saja yang operasi. Ada sekitar 5 pasien juga yang hari itu operasi, aku kurang tahu apa penyakitnya. Lagi pula saat itu aku tak peduli orang lain. Hal yang aku pedulikan hanya ibuku dan bagaimana caraku menahan air mata yang sejak tadi aku tahan. Ah... Hidungku benar benar memerah dan terasa panas saat itu.

Beberapa saat kemudian ibu diminta masuk ke ruang operasi. Kami diminta berdoa bersama dahulu sebelum ibu menjalani operasi. Saat itu pula tangisanku tumpah. Aku sudah tak bisa tahan lagi. Ibu akhirnya menangis karena melihatku menangis. Ibu bilang jangan menangis dan ia juga bilang kalau ia akan baik-baik saja. Aku tahu, aku tahu ibu pasti akan berkata seperti itu. Aku sangat tahu bahwa ibu pasti akan baik-baik saja. Ini bukan operasi yang besar sehingga kekhawatiranku memang seharusnya tak berlebihan. Namun bagaimanapun juga aku wanita. Aku wanita. Aku tak sanggup kalau harus menahan perasaanku seperti itu. Terlebih lagi aku sangat menyayangi ibu. Ya ibu... aku sangat menyayangimu. Sangat sayang.

Sore itu sekitar pukul 5 lebih ibu mulai masuk ruang operasi. Selanjutnya sekitar setengah jam kemudian ibu keluar ruang operasi namun dalam keadaan belum sadar. Pikiranku sangat kacau saat aku melihat ibu terbaring tak sadarkan diri dengan bantuan pernapasan melalui selang oksigen. Aku tetap sibuk menyeka air mata yang hampir menetes dari mataku. Sedangkan ayah memegangi tangan ibu dan berusaha menyadarkannya. Aku tak berani menyentuh ibu. Jangankan untuk menyentuhnya, untuk melihatnya saja aku takut. Kalau bisa aku ingin menonaktifkan penglihatanku sesaat. Sampai akhirnya adzan maghrib berkumanndang. Aku memutuskan untuk sholat dahulu. Aku dan kakakku segera sholat di kamar perawatan, ayah memutuskan untuk sholat di masjid.

Seusai aku sholat aku segera mendoakan ibui. Mengangkat kedua tanganku, menengadah dan meminta kepada Allah. Saat itu pula aku dengar ada yang membuka pintu kamar. Aku pikir, mungkin ibu sudah sadar. Ternyata benar. Saat aku ke ruangan observasi, ibu sudah membuka mata. Aku memegang tangannya. Mataku kembali mengeluarkan air mata. Aku berusaha menyekanya. Aku mendengar ibu mengatakan dengan suaranya yang masih bergetar dan sangat pelan. "Jangan menangis, ibu tidak apa-apa." Saat itu aku hanya menganggukkan kepalaku namun tetap saja aku menangis.


Saat ibu sudah dikembalikan ke ruang perawatan, keadaanku menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jujur saja saat itu mataku sangat pedih, hidungku panas, kakiku pegal karena sudah berdiri lebih dari 1 jam. Pinggangku pun sakit sekali. Badanku semuanya pegal dan rasanya sangat remuk. Semalaman aku tidak bisa tidur. Ibu masih belum bisa tidur, ibu batuk-batuk parah. Aku berusaha agar tellingaku tetap bisa terjaga meski mataku sudah terpejam. Aku tidur di atas sofa dan menghadap ke arah ibu. Acap kali ibu batuk aku bangun menanyakan apa ibu butuh minum atau tidak. Aku berusaha tetap terjaga meski yang lainnya sudah tertidur. Harus ada yang menemaninya. Harus ada yang mengawasi ibu. Selelah apapun aku harus tetap terjaga.

Hingga pagi pun tiba. Hari itu aku merasa waktu berjalan begitu cepat. 24 jam terasa hanya sekitar 6 jam. Padahal pagi ini aku harus ada seminar hingga pukul setengah lima sore. Aku harus sanggup bangun selama seminar berlangsung. Sudah begitu aku terburu-buru berangkat dan minum di kamarku habis pula. Pada akhirnya aku sarapan roti di jalan tanpa minum. Untung ketika sampai temanku membawa minum. Sebenarnya aku mau membeli minuman di mini market. Tapi sepagi itu belum ada mini market yang buka. Ketika menemui mini market 24 jam malah terlewat. Seperti krisis air saja.

Malam ini aku tidak menemani ibu di rumah sakit. Hanya ada kakakku di sana. Padahal aku ingin tetap di sana. Tapi rasanya tak mungkin. Besok aku harus mengumpulkan laporan penanggung jawaban. Hal yang aku takutkan adalah kakakku tak bisa menjaga ibu dengan baik. Aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apa lagi orang seperti kakakku yang sudah aku kenal. Semalam saja ia tidur dengan nyenyaknya padahal ibu terbatuk-batuk. Semoga ibu baik-baik saja di sana.