Wednesday 18 January 2012

Hari operasi #1

Sekarang ini aku mempunyai blog lain juga. Apapun yang ada di blog itu akan aku post ke sini juga. ^-^


Di awal tahun 2012 ini, aku diterpa badai yang sangat kencang. Karena terlalu kencang aku sampai tak bisa berpegangan pada apapun dan sepertinya aku benar-benar sudah terbang jauh ke tempat yang sama sekali tidak aku ketahui.


Beberapa waktu lalu, persisnya tanggal 6. Ya... Jumat 6 Januari 2012. Aku mendengar kabar yang sangat tidak menyenangkan. Aku merasa itu adalah terpaan badai yang sangat kencang dan sangat mengguncangkan hatiku.


Sepertinya sore itu sekitar pukul 15.30. Ibu baru saja pulang dari kantor. Ibu segera melepaskan jaket yang dikenakannya dan berkata sesuatu kepada ayah. "benar pak."

Aku menoleh... apa? Apa yang benar?

Aku bertanya kepada ibu apa yang sedang ibu bicarakan dengan ayah. "Kanker dik, ibu kemungkinan kena kanker payudara."


Aku yang tadinya sibuk dengan urusanku sendiri menjadi diam tercengang mendengar perkataan ibu. Saat itu aku masih belum bisa berpikir apa-apa. mungkin saat itu pikiranku kosong untuk sementara. Entahlah. Aku juga tak paham. Satu kata yang terlontar dari mulutku hanya kata "bohong!"


Ibu kembali menegaskan perkataannya dan berkata, "buat apa ibu bohong soal penyakit dik?" Aku mungkin kurang ingat persis perkataannya, namun secara garis besar itu yang ibu sampaikan. Ibu terlihatr sedih dan kecewa. Bahkan ibu mau menunjukkan kepadaku benjolan yang ada di dadanya yang diindikasi kanker itu kepadaku. Itu ibu lakukan untuk membuat aku percaya padanya. Aku menolak. Untuk apa aku membuktikan sesuatu yang sudah aku yakini hanya sebuah kebohongan. Aku tidak mau.


Aku kembali menyibukkan tanganku dengan melipat kerudung. Saat itu dibenakku muncul pikiran aneh yang tak bisa aku bendung lagi. Sepertinya pikiran itu muncul seperti film yang berputar dengan cepat. Aku membayangkan hal-hal aneh dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku membayangkan semua kemungkinan buruk yang ada. Aku benar-benar gila. Tiba-tiba saja air mataku menetes. Semakin lama air mataku semakin membasahi wajahku. Hidungku panas berusaha menahan tetesan air mata namun tak bisa. Kepalaku sakit memikirkan hal itu. Aku terisak, kakakku hanya menatap diam di sampingku.


Saat itu aku rasa aku tak bisa lagi berpikir secara rasional. Mungkin kalau ada orang yang mengajakku lari atau terjun dari atap rumahku, aku akan melakukannya. Aku bukan berlebihan. Tapi sungguh... aku tidak bisa menahan rasa sedihku.


Awalnya aku pikir itu hanya sebuah dugaan, aku menanti ibu hingga pergi ke dokter dan menanyakan kepadanya apa yang terjadi sebenarnya.


Ternyata jawabannya pun sama. tetap dokter mengatakan bahwa itu kanker, hingga ibu memutuskan hari ini untuk operasi pengangkatan kankernya. Ibu bilang setelah di operasi baru akan dilihat apakah itu kanker ganas atau bukan.


Sejauh ini aku masih tetap dan terus berdoa serta berharap bahwa itu bukan kanker yang ganas. Aku sangat berharap besar. Aku yakin Allah tidak akan membuat aku sedih dan menderita. Aku sangat menyayangi ibuku. Akutidak mau kalau ibuku sakit. Kalayu bisa bahkan aku rela menggantikannya. Aku ingin ibu baik-baik saja.


Aku masih saja berpikir siapa tuhu saja ini benar hanya mimpi. Aku masih berharap besar hingga ibu tadi berangkat ke rumah sakit diantar oleh ayah.


Aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Saat bertemu dengan teman-teman hari Senin lalu, aku sangat gembira. Aku masih bisa bahagia, tertawa dan bercanda-canda dengan mereka. Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal aneh sejak aku mendengar kabar buruk itu. Aku berhasil. Ya... Aku berhasil menekan perasaan sedihku. Namun... badanku tidak bisa membohongi. Beberapa hari kemarin hingga hari ini, badanku terasa sangat pegal, dadaku rasanya sesak. Aku sadar, mungkin ini karena aku stres, makanya badanku jadi sakit begini.


17 Januari 2012... Pikiran bodohku kembali lagi. Entah apa yang mengundangnya datang.

17 Januari 2012


Hari ini 18 Januari 2012 adalah hari operasi ibu. Ibu bilang operasinya akan mulai pukul 16.00. Aku sangat berharap ibu baik-baik saja. Pasti. Ibu pasti baik-baik saja. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Allah pasti baik kepadaku.





written by_Anonymous


_RedRose


Friday 6 January 2012

Bad Day


Jumat, 06 Januari 2012

Hai!

Ini postingan pertamaku di awal tahun 2012 ini. Selamat tahun baru!!

Postingan pertama ku di awal tahun ini menjadi postingan yang kurang menyenangkan bagiku. Aku juga tidak paham apa kurang menyenangkan atau bisa ku katakan sangat tidak mneyenangkan. Aku sangat tidak suka dengan berita yang ku dengar sore ini. Aku merasa sampai sekarang aku pasti sedang bermimpi buruk... mimpi buruk yang sangat panjang.

Ibu baru saja sampai rumah pada sekitar pukul 15.25 sore ini. Sebelumnya hujan. Cukup deras. Melihat ini sudah memasuki musim hujan. Ibu bilang pada ayah “benar pak!”. Aku bertanya padanya apa yang benar. Ia menceritakan keluhannya sejak tadi malam pada bagian payudaranya yang sebelah kiri dan setelah di lihat dengan teman kantor ibu yang perawat ibu bilang ada benjolan di sana. Ibu bilang seperti kanker.

Kau tahu apa yang datang dalam pikiranku? Tidak ada... pikiranku benar-benar kosong seketika setellah ibu mengatakannya. Bahkan kata pertama yang ku ucap “BOHONG!”

Ibu mengatakan hal yang benar-benar menyadarkan pikiranku. “masa soal penyakit ibui bohong dek!” dengan nada sedih dan sedikit kesal dan kecewa.

Aku menundukkan kepalaku... aku benar-benar tertunduk. Sekarang semua pikiran kacau mulai ada di otakku. Aku berteriak dalam diriku sendiri. ini pasti obhong. Ga mungkin. Aku pasti mimpi. Aku ga percaya. Allah tidak mungkin sekejam itu padaku. Pasti ibu baik-baik saja. Ibu pasti sehat kan? Iya kan? Ini pasti bohong kan??

Tanpa aku sadari air mataku berlinangan. Air mataku jatuh deras membasahi pipiku. Apalagi setelah ibu mengatakan kalau aku tidak percaya aku boleh merabanya dan merasa benar ada benjolan atau tidak.

Pandanganku buram. Rasanya mataku benar-benar terpadati air mata. Hidungku panas dan sakit. Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menyibukkan tanganku dengan melipat kerudung yang baru saja ku keluarkan dari kantung belanjaan. Tapi aku benar-benar kehilangan akal ku. Aku benar-benar berpikir aku bisa gila karena ini. Aku pindah ke depan pinto. Menatap ke luar, menghapus air mataku. Ibu tertidur di kamarku. Aku tak bisa masuk dan melihatnya. Kalau aku melihatnya sekarang, aku bisa semakin gila. Aku menoleh ke arah kaca. Melihat bayanganku yang samar di kaca jendela. Aku melihat bola mataku yang masih basah dengan air mata. Aku mengatakan pada diriku sendiri. “Bangunlah! Aku pasti sedang bermimpi buruk sekarang.”

Aku ingin menjernihkan otakku dengan mandi dan keramas. Aku mendengar kakakku sedang bicara dengan ibu masalah kanker dan gejalanya yang dicari di internet oleh kakakku. Aku mohon... jangan bicarakan itu. Ini kan bohong. Jangan lagi bicarakan itu. Aku mendengarnya... aku bisa mendengarnya dengan jelas dari balik dinding kamar mandi. Ku mohon hentikanlah pembicaraan itu...

Aku mulai mengeluarkan suaraku. Aku bernyanyi dalam tangis di kamar mandi. Aku rasa saat ini tempat paling aman untuk ku meluapkan emosi hanya kamar mandi. Aku bernyanyi tapi... tetap saja suaraku bergetar. Pasti aku ketahuan ibu. Ibu pasti tahu aku menangis.

Apa ini salahku? Apa ini kesalahanku?

Allah aku mohon jangan... jangan biarkan ini semua terjadi. Aku yakin Kau tidak akan melakukan hal sekejam ini padaku. Kau tidak akan setega ini.

Ketika aku keluar kamar mandi, aku berusaha bernyanyi-nyanyi gembira. Tidak menatap siapapun termasuk ibu. Ketika aku melihat ibu mengeluh sakit memegang dadanya... aku tak berani menatapnya. Aku hanya mendengar keluahannya dan sekilas melihat punggungnya. Aku tak akan berani menatap wajah ibu. Aku tidak berani.

Bahkan ketika ibu mengajakku berbicara, aku berusaha menghindari pandangan matanya. Aku takut... sangat takut.

Jika boleh aku minta satu saja keajaiban. Aku ingin waktu berhenti sekarang. aku ingin waktu benar-benar terhenti dan tak lagi bergerak. Kumohon.

Kalaupun waktu tetap terus berjalan. Jadikanlah ini mimpi buruk yang panjang atau mungkin... jadikanlah kabar itu dugaan yang salah. Toh dokter tidak mengatakan apa-apa.